Genre: Family, Friendship
Main Cast: Kim I Za (author), Lee Young-Jae, Kim Jonghyun, Choi Soo Young
Other Cast: Im Yoon Ah
Aku berjalan keluar bandara. Aku baru datang dari Jakarta. Tepatnya sih Depok. Orang tua ku sudah bercerai. Bunda yang aslinya orang padang alias Indonesia mengajakku untuk tinggal bersamanya. Appa yang aslinya orang Korea membawa kakakku yang saat itu (katanya bunda) masih berumur sembilan tahun. Sekarang, setelah bunda meninggal, aku pergi ke tempat asal appa atas ajakannya. Katanya sih sampai disini aku akan dijemput oleh kakakku yang ikut appaku. Sekarang aku sedang menunggu kakakku yang katanya mau menjemputku.
10 menit kemudian...
“Aaarrrgghhh… kalau begini aku bisa stress nih,” kataku sambil mengambil handphone. Kubuka SMS dari appa yang isinya nomor handphone kakakku, Kim Jonghyun.
“Tut..tut..tuuuut…” arrgghh.. kenapa tidak dijawab?
Aku kesal. Kuremas kausku yang berwarna biru dan berlengan panjang. Sesekali aku mencoba menghubungi Jonghyun oppa. Tapi sama saja, tak ada jawaban. Aku duduk di bangku.
Tiba-tiba, ada yang menepuk bahuku. Aku berbalik. Kulihat seorang laki-laki berambut pendek dan agak cepak. Tingginya mungkin bisa dibilang pendek. Ia memakai kacamata hitam dan masker. “A-annyeong..” sapaku gugup. “Annyeong, kau yang bernama…Hafizhah Fithriyah?” tanyanya sambil memerhatikanku aneh. “N-ne. M-mianhaeyo, anda siapa ya?”
“O-oh. kenalkan aku kakakmu. Kim Jonghyun, masih ingat?”
“Anio~”
“Oh, tak apa. Lagipula saat appa bercerai dengan omma kau masih berumur satu tahun.” katanya sambil membawa koperku. “Ayo ke mobil, appa sudah tak sabar untuk bertemu denganmu.”
“Ne, oppa.”
Di mobil, aku diam beribu-ribu kata. Tak tahu apa yang ingin dibicarakan. Padahal, biasanya aku sangat cerewet. Ia membuka masker dan kacamatanya. Lumayan… “Bagaimana tadi di perjalanan, H-Hafi…” omongannya terputus. Pasti ia susah memanggil namaku. Sudah biasa. Orang Indonesia saja sering susah menyebutkan namaku apa lagi ia yang bukan orang Indonesia.
“Panggil saja Kimi, appa bilang namaku selama disini Kim I Za.” kataku menyela omongannya.
“Ne, Kimi. Bagaimana saat di perjalanan tadi?”
“Hmm… biasa saja. Tak ada yang istimewa. Makanannya juga lumayan. Kursi tidurnya juga nyaman. Tapi, pramu..” kuhentikan kalimatku. Aduh.. penyakit cerewetku keluar lagi deh! “M-mian, oppa.”
“Hahahaha.. tak apa, lagipula aku senang mempunyai adik yang cerewet sepertimu.”
“O-oppa, apa aku boleh bertanya?”
“Ya, tentu saja..”
“B-bagaimana oppa bisa menemukanku di bandara?”
“Hmm.. gampang, aku tau dari cara berpakaianmu. Appa sudah mengatakan kalau kau itu seorang muslim. Appa memberitahu pakaian apa yang biasanya seorang muslimah pakai. Namanya… j-jil..” sekali lagi ia menghentikan kalimatnya.
“bab, jilbab atau kerudung” kataku meneruskan kalimatnya.
“Katanya juga, seorang muslimah memakai pakaian yang menutupi bagian tubuh dari ujung rambut sampai keujung kaki kecuali wajah dan telapak tangan.” Katanya sambil terus menyetir.
“Ne.. jadi karena aku memakai jilbab, oppa jadi gampang mengenalku?”
“Selain itu, ciri-cirimu yang memakai kacamata juga membantuku.”
Selanjutnya, pembicaraan mengalir begitu saja. Aku yang cerewet telah kembali. Ternyata, kakakku yang telah berpisah denganku selama tujuh tahun juga seorang yang cerewet.
~~~~
Akhirnya mobil berhenti di depan sebuah rumah bertingkat tapi terlihat sederhana.
“Annyeong haseyo..” sapaku sambil celingukan(?) melihat sekitar. “Annyeong. ah! Kimi, apa kabar?” seorang pria gagah membalas salamku. “A-appa!” aku setengah berlari menuju appa, kupeluk ia dengan erat. Ia membalas pelukanku. Pelukan yang sangat kurindukan. “Aku baik-baik saja, bagaimana dengan appa?” aku menatap wajahnya. “Appa baik-baik saja.” ia tersenyum. Senyuman yang juga aku rindukan. “Bagaimana kau mengenal wajah appa? Bukankah saat kami berpisah kau masih berumur satu tahun?” appa bertanya sambil menatapku. “Aku tahu, karena omma sering menatap foto appa dan omma saat berada di sebuah danau.” Aku mempererat pelukanku. “Ooh..”
“Nah, sudah kangen-kangenannya. Sekarang kamu akan appa antarkan ke kamarmu.” appa melepaskan pelukanku. “Ayo, kamarmu ada di atas,” appa mengambil tas tentengku yang lumayan berat, dan memberikannya ke Jonghyun oppa.
****
“Ha…dul…saet.. TADA!!!!!!!!” appa membuka pintu yang ada di hadapanku.
Kulihat ada sebuah kamar luas yang berisi satu tempat tidur besar ber-sprei sky blue polkadot putih, lemari baju besar berwarna sky blue-putih, Meja belajar sederhana berwarna coklat muda yang diatasnya sudah tersusun bermacam-macam buku. Dan ada satu tempat pensil, sekotak pensil, sekotak penghapus, dua penggaris, dua gunting, dll. tapi, yang membuatku terkejut adalah kamera CLR tercanggih, HP keluaran terbaru yang lucu, dan sebuah netbook berwarna biru. Di lantai kayunya juga terdapat karpet bulu berwarna biru tua.
“I-ini benar-benar untukku?” tanyaku tidak percaya.
“Ya, ini semua untukmu. Kau suka?” aku mendekati meja belajarku.
“Aku suka, tapi…” kuambil HP baruku. “ini terlalu berlebihan..”
“Kenapa?”
“Aku sudah mempunyai HP, jadi aku tak membutuhkan ini..” kuberikan kembali HP pemberian appa.
“Tapi kaukan bisa mengganti HPmu dengan yang ini?”
“Sepertinya, tak usah. Mian appa, bukan maksudku untuk tidak menghormati appa. Tapi bunda bilang, aku jangan terlalu bermewah-mewahan,”
“Hhh.. kau memang mirip ommamu yang bergaya sederhana. Tapi, kau memerlukan kamera dan netbook itu kan?”
“Iya, lagipula aku sudah sejak lama menginginkan ini..”
“Hei cepatlah.. aku sudah capek nih!!” Jonghyun oppa meneriakiku. “Ahahahaha… iya-iya, maaf ya..” kuambil koper dan tas tentengku dari Jonghyun oppa. “Dasar, menyebalkan!” umpatnya. “Apa kau bilang?? Kau mencari masalah denganku, ya?”
“Ne, lalu kenapa?”
“Hey! Kau memang menyebalkan ya.. kau tak pantas untuk dipanggil oppa,”
“Ya~ yang justru menyebalkan malah kau tahu! Dasar NENEK CEREWET!” Jonghyun oppa menekankan kalimatnya.
“Apa katamu?! Dasar Kakek Pendek,”
“Nenek Cerewet,”
“Kakek Pendek,”
“Nenek Cerewet,”
“Sudah-sudah, jangan bertengkar lagi!” appa melerai. “Tapi dia menyebalkan appa!” kata kami bersamaan. Kami saling berpandangan. “Huh..” kualihkan pandanganku.
“Ya sudah. Kimi, sekarang kau beristirahat saja. Besok kau akan mulai bersekolah di Jungshin” appa mengelus kepalaku. “Ne, appa..”
“Appa, appa sudah bilangkan kalau aku ini seorang muslim?” tanyaku penasaran.
“Pada siapa?”
“Ya tentu dengan pihak sekolah..”
“Iya, sudah. Ada yang mau kau tanyakan lagi?” aku menggeleng.
“Oke, kalau begitu istirahatlah. Semua seragammu dari hari senin-jumat ada di lemari bajumu. Di hangernya sudah ada tulisan seragam untuk hari apa. Untuk hari sabtu memakai pakaian bebas. Sepatumu juga sudah ada di bawah. Tasmu ada di dalam lemari.”
“Baik appa..” appa lalu keluar kamar.
“Tidur yang nyenyak ya,” Jonghyun oppa mengelus kepalaku dengan lembut. “Apa sih…” aku memukul tangannya. “AUW! Sakit tau!” Jonghyun oppa meringis. “Biarin! Sudah, sana keluar!” aku mendorong tubuh Jonghyun oppa keluar kamar. “Iya-iya, aku bisa keluar sendiri!”
Aku menghempaskan tubuhku di tempat tidur. Kupejamkan mataku. Tak lama kemudian, aku tertidur.
~~~~
Tok! Tok! Tok!
“Kimi… bangun sudah jam 7, kamu masuk sekolah jam 9,” kudengar suara appa membangunkanku. “Ne appa, Kimi akan segera bangun. 10 menit lagi ya?” jawabku setengah mati bangun. “Ya sudah, tapi pastikan kau akan bangun ya..” Tap! Tap! kudengar langkah kaki appa menuruni tangga. Aku melanjutkan tidurku.
****
“YA~! BANGUN SUDAH JAM DELAPAN!” terdengar teriakan Jonghyun oppa tepat di samping telingaku. “Ne, aku bangun, tapi bisa tidak kalau kau tidak teriak di telingaku? Suara cempreng mu itu mengganggu tau!” ucapku kesal. “Biar saja. Sekarang, kalau kau mau pergi sekolah cepat bersiap-siap. Aku juga mau pergi kuliah, araseo?”
“Ara. Sudah sana, aku mau mandi, cepat keluar!” aku mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi yang ada di dalam kamarku.
“Cepat! Aku menunggumu di ruang makan,”
“Iya,” jawabku dari dalam kamar mandi.
****
Selesai mandi, aku mengambil seragamku. Aku mencari hanger yang bertuliskan hari senin. Setelah kutemukan, aku memakai seragam itu. Seragam itu adalah baju terusan berlengan panjang berwarna abu-abu. Seragam itu panjangnya diatas lutut *inget aja seragamnya Jessica di lagu “Girls’ Generation”*. Karena seragam yang menurutku pendek, aku memakai celana jins pensil berwarna hitamku, dan memakai jilbab abu-abu –untuk menyamai warna seragamku. Aku segera mengambil tas punggung biru-hitam ku dan menuju ke ruang makan.
Di ruang makan…
Aku duduk di sebelah Jonghyun oppa.
“Mana appa?” tanyaku sambil mengambil roti.
“Ia sudah pergi tadi, jam setengah delapan.” ujarnya sambil tetap makan. “kenapa kau memakai celana jins?”
“Karena seragamnya terlalu pendek, aku tak suka..” aku memakan rotiku. “mau menanyakan apalagi?”
“Tak ada, ayo kita pergi.” Jonghyun oppa mengambil tasnya.
“Hey Jonghyun, tunggu aku!” aku menyusul Jonghyun oppa.
“Apa kau bilang? Jonghyun? Aku ini lebih tua darimu 8 tahun tau! Setidaknya kau menghormatiku!”
“Kan semalam sudah kubilang kalau kau tidak pantas untuk dipanggil oppa, Jonghyun..” kutekankan kalimatku pada kata Jonghyun. Aku lalu masuk ke dalam mobil.
“Mmm… iya ya, mengapa aku tak ingat?? Aku juga merasa lebih nyaman kalau kau panggil dengan ‘Jonghyun’” katanya sambil menghidupkan mobil.
Noona neomu yaeppo..
Micyeoh…
Replay, replay, replay…
Handphone Jonghyun berbunyi. “Annyeong… oh Soo Young, ada apa?”
“Hey Jonghyun..! kenapa belum menjemputku?”
“Iya, maaf.. sebentar lagi aku akan sampai di rumahmu. Kau tunggu di luar ya..”
“Cepatlah, aku sudah lelah menunggu..”
“Iya, tunggu sebentar lagi.. aku sudah melihatmu.”
Sekarang kami sudah ada di depan rumah perempuan yang bernama Soo Young. Perempuan berambut panjang itu terlihat cantik dengan kaus lengan pendek berwarna biru dan celana jins pensil. “Jonghyun, kau lama sekali…” katanya sambil menutup handphone-nya, lalu masuk lewat pintu depan mobil. “Hei, siapa ini? Aku belum pernah melihatmu sebelumnya..”
“Dia adikku yang telah lama berpisah. Aku baru bertemu dengannya sekarang setelah 13 tahun berpisah. Dia dari Indonesia.”
“Wah, neomu kiyeopta.. kenapa kau tidak memberitahukanku sebelumnya?”
“Kan sudah kubilang, aku baru bertemu dengannya..”
“Oh iya!” Soo Young itu menjulurkan sedikit lidahnya. “Kalau begitu, aku mau pindah ke belakang ah..” Soo young onnie pindah ke sebelahku lewat celah antara jok depan sebelah kiri dengan yang sebelah kanan. *Author: pada ngertikan?*
“Hei, kalau ke belakang kau bisa lewat pintukan?” kata Jonghyun sambil menepuk pantat Soo Young onnie.
“Ya~! Itu pelecehan namanya!” Soo Young onnie langsung memegang pantatnya saat sudah duduk di sebelahku. “Lagipula aku malas, sudahlah jalan saja.. kita terlalu lama menghabiskan waktu, nanti kita bisa terlambat.”
“Annyeong! Aku Choi Soo Young, sahabat Jonghyun. Namamu?” ia menjulurkan tangannya
“Namaku Kim I Za, onnie bisa memanggilku Kimi.” kataku sambil berjabat tangan dengannya.
“Kau seorang muslim?”
Aku mengangguk. “Aku ikut agama ibuku.”
“oh..”
Selanjutnya, ia menanyaiku berbagai macam pertanyaan yang membuatku kewalahan. Tapi aku menjawab saja, karena ia orang yang sangat menyenangkkan.
~~~~
Sampai di sekolah, kulihat di sekeliling sekolah tak ada siapa-siapa.
Hmm.. Jonghyun terlalu cepat mangantarku. Ini masih terlalu pagi. Ngapain dulu ya?
Kulihat ada bola basket di tengah-tengah lapangan. Kebetulan aku bisa sedikit bermain basket. Main ah..
Setelah berkali-kali mencoba memasukkan bola pada ring, aku selalu gagal. Akhirnya kucoba kembali. Kali ini aku yakin kalau aku bisa memasukkan bolanya.
“Tu…wa…ga..!!”
Buk!
“Ah…!!! Tak masuk. Padahal aku sudah berkali-kali mencobanya, tapi mengapa tak bisa..??” kuambil lagi bola basket, dan kubanting keras-keras. “Ah! Sebel banget sih..” aku mengeluh dengan bahasa Indonesia. Aku duduk di tengah lapangan sambil menenggelamkan kepalaku di antara dua lututku.
“Ah, capeknya..”
Tiba-tiba, saat aku mengangkat kepalaku, kulihat bola basket berada di depan wajahku. Aku mengambil bola basket itu. Kulihat ada seorang laki-laki tersenyum padaku. Aku benci senyuman itu, senyuman itu seperti menghinaku.
“Kalau belajar, jangan setengah-setengah..” ia menjulurkan tangannya untuk membangunkanku. “Ayo sini, kubantu kau sampai bisa.” ia mengambil bola basket yang ada di tanganku.
“Ayo, sini kuajari kau.” Aku mendekatinya. “Ini, pegang bolanya dulu, aku mau melihat bagaimana cara kau memegang bola basket,” kuambil lagi bola basket darinya. Kupegang bola basket seperti caraku memegang seperti biasa.
“Hahaha…. pantas saja kau tak bisa memasukkan bola basket itu ke dalam ring,”
“Maksudnya kau menghinaku, begitu?”
“Tidak, tidak.. sini kuajarkan cara memegang yang benar,” ia mendekatiku. “Nah, taruh tanganmu disini, naikkan sikumu sedikit,” ia memegang tanganku dari belakang, dan mendekatkan wajahnya ke wajahku. “dan, coba sekarang kau lemparkan dengan setengah kekuatanmu.”
Aku mengikuti omongannya. Dan..
“YES! Masuuuukk…!!!!!! YEEEYY..” tanpa sadar aku memeluknya erat-erat. Ia kelihatan kaget.
“Ooops.. sorry,” aku melepaskan pelukanku.
“Tak apa..”
“Ya sudah, khamsahamnida untuk semuanya, aku mau ke ruang guru dulu. Annyeong..”
“Annyeong..” balasnya sambil tersenyum. Sepertinya aku mulai menyukai senyuman itu. Aku berlari menuju ruang guru.
Aku berhenti, aku berbalik menatapnya. “Eh, tunggu.. aku adalah anak baru di sekolah ini, jadi…” Kutahan sedikit omonganku. Ragu.
“Jadi..??” laki-laki itu mengulang omonganku.
“Jadi.. bolehkah aku berkenalan denganmu?” Aku berlari menuju laki-laki itu. Aku menjulurkan tanganku padanya. “Bolehkah aku berteman denganmu?”
Ia melihat tanganku sebentar. “Y-ya, ya, tentu saja boleh.. Kenalkan, namaku Lee Young-Jae, panggil saja Young-Jae. Kalau kau?” ia menyambut tanganku.
“Namaku Kim I Za, kau bisa memanggilku Kimi atau Iza. Tapi, biasanya sih teman-temanku memanggil Kimi.”
“Kalau begitu.. aku mau memanggilmu Iza, biar berbeda dengan yang lain. Kan, aku bukan sekedar temanmu, tapi sahabatmu.” Ia tersenyum lagi. Aku semakin menyukai senyumannya.
“K-kau.. mau bersahabat denganku?” aku bertanya lagi. Untuk meyakinkan omongannya tadi.
“ya, tentu saja, memangnya kenapa? Ada yang salah..?”
“A-anio, tapi.. akukan seorang muslim,”
“Ya tak apa.. aku senang berteman dengan siapa saja..”
“Kalau begitu, aku pergi dulu ya, annyeong..” aku melambaikan tanganku padanya dan berlari menuju bangunan sekolah untuk mencari ruang guru.
****
“Annyeong haseyo.. choneun Kim I Za imnida~ Biasa dipanggil Kimi. Aku baru pindah dari Indonesia, dan aku seorang muslim. Kuharap kalian mau bekerja sama,” aku membungkuk.
“Baiklah Kimi, sekarang kau duduk di sebelah Im Yoon Ah.” Kyuhyun sonsaengnim menunjuk seorang gadis. “Khamsahamnida, sonsaengnim.” Aku membungkuk lalu berjalan menuju tempat dudukku.
Selama berjalan menuju tempat duduk, kulihat banyak tatapan tak bersahabat. Aku memaklumi itu. Pasti mereka jarang melihat orang berjilbab di lingkungan sekitar mereka. Berbeda dengan Indonesia yang biasa melihat orang berjilbab karena memang mayoritas orang Indonesia beragama islam sangat berbeda jauh dengan disini.
Sampai di tempat duduk, aku menyapa gadis yang bernama Im Yoon Ah itu.
“Annyeong..” aku tersenyum.
“Annyeong,” sapanya sambil tetap membaca buku yang ada dihadapannya.
Hmmm… ya sudahlah, mungkin ia belum bisa menerimaku. Batinku sambil menatap lapangan basket dari jendela yang ada di sebelahku.
Sepi.
Tak ada siapa-siapa disana.
Kualihkan kembali pandanganku kepada YoonA, lalu ke Kyuhyun sonsaengnim yang sedang mengajar.
~~~~
Teng! Teng!
Bel pulang sudah berbunyi. Aku langsung keluar kelas.
Byur!
Sebaskom air mengguyur kepalaku, dan membuat basah seluruh tubuhku.
“Ha..ha..ha..ha..” terdengar suara tertawa yang sangat keras dan terbahak-bahak. Aku geram. Kukepalkan tanganku. Kimi… tahan emosimu. Jangan membuat musuh ataupun masalah di sekolah barumu. Jangan keluarkan sifat premanmu. Pikirku.
Kulihat ada 2 orang perempuan mendekatiku. Mereka sangat modis. Kupikir mereka adalah primadona sekolah.
“Hey kau, anak baru! Kau berani sekali mendekati pangeran kami di sekolah. Padahal kau masih baru disini dan kau seorang muslim!”
“Memangnya kenapa kalau seorang muslim?”
Aku melihat ke asal suara. Young-Jae!
“P-pangeran..” 2 perempuan sok yang sedang ada di depanku ini berbalik dan terlihat kaget melihat Young-Jae ada di belakang mereka.
“Memangnya kenapa kalau dia seorang muslim? Toh, ia sama dengan kita, ia juga seorang manusia..” Young-Jae mendekatiku.
“Tapi dia sangat tidak pantas untuk ada disini!” perempuan yang berambut panjang.
“B..” aku menaruh tanganku di dadanya.
“Biar aku saja.” bisikku padanya.
“Apa alasanmu menghinaku? Mengapa aku tak pantas untuk disini? Wae?”
Semuanya diam. Young-Jae menatapku takjub.
“Tak ada kan? Jadi biarkan aku belajar dan berteman disini.” Aku berjalan pergi. Meninggalkan Young-Jae, 2 orang perempuan menyebalkan itu dan teman-temannya.
Oh Oh Oh Oppareul saranghae
Ah ah ah ah manhi manhihae
Hp-ku berbunyi. “Annyeong..”
“Annyeong.. Kimi, kau dimana?”
“Aku masih di sekolah. Kau dimana?”
“Aku sudah ada di depan sekolahmu. Cepatlah, aku sudah tak tahan disini. Terlalu banyak orang yang memperhatikanku.”
“Ha.. ha.. ha… memangnya kau siapa oppa..? seorang artis terkenal..?”
“Aku memang seorang artis, masa’ kau tak mengenalku?”
“Aku tak mengenal kau. Aku tak pernah tau kalau kau itu seorang artis. Kau artis apa? Penyanyi atau aktor?”
“Nanti saja kita membicarakan itu. Di mobil saja. Aku sudah tak tahan disini. Soo Young juga tak tahan sembunyi terus di mobil.” *Author: pikirin aja sendiri bisa sembunyi dimana kalo lagi di mobil*
“Mwo? Soo Young onnie ada? Kalau begitu aku akan segera kesana. Tunggu ya..”
“Cepatlah..”
Kututup hp-ku dan segera berlari agar Jonghyun tidak menungguku lebih lama.
“Ya~ Kimi! Jangan lari kau!”
Ooops.. sepertinya aku harus berlari lebih cepat.
2 orang perempuan itu berlari menujuku. Tapi, mereka tak akan bisa mengalahkan kecepatanku.
****
Brak!
Pintu mobil kututup dengan keras. “Annyeong Jonghyun.. Cepat jalan!”
“Ya~! Kau ini bagaimana sih? Baru masuk sudah menyuruhku jalan. Dan bisa tidak kalau kau menutup pintu mobilku dengan lemah-lembut?!”
“Tidak. Sudah, jalan saja.. jangan banyak bicara!”
Jonghyun segera menyalakan mesin mobil dan berjalan pergi meninggalkan sekolahku. Soo Young onnie segera keluar dari tempat persembunyiannya.
Author’s POV
Di sekolah…
“I-itu benar-benar Jonghyun oppa?” kata perempuan yang berambut panjang.
“I-iya. Aku pasti tidak salah lihat.” kata perempuan yang satunya lagi.
“B-berarti dia punya…” perempuan yang berambut panjang menghentikan ucapannya.
“HUBUNGAN DENGAN JONGHYUN OPPA… KYAAA~” ucap mereka berbarengan.
TBC
Geje ya? Maap deh… dimaapin kan? Kalo gitu Ratu K-Pop 7C ini minta kalian memberikan komentar, protes, saran, kritik, de-el-el. Biar aku bias membuat cerita lain yang sesuai kemauan kalian, gimana? Boleh lewat sini, boleh juga di sekolah… OK? FF ini tadinya judulnya My Brother is a Public Figure, tapi diliat-liat gak cocok. Jadinya itsme ganti deh...
Ya udah, kalo gitu sekarang Ratu K-Pop 7C mau pingsan dulu setelah diberi apel beracun oleh penyihir jahat yang bernama Lee Ghin A dengan julukan 'kucing manis'. Dan akan dibangunkan oleh my prince and my lovely, Hankyung. Bye, LOP U ALL..
Itsme...
BalasHapusSERU BANGEEETTTTTT!!!!!!!!!!
Princeca minta peran donggg..
Please..
Jadi org bule, kek.. atau apa..
Please ya!!
Lop Yu
_Princeca_