Past to be remembered... Present to deal with... And future to look...
And, you'll know... It's Not A Dream, It's A Hope..

Senin, 27 September 2010

unknown

wekekek.. Hurt/comfort berlaku di chapter kedua kali ini gue cuma yakin bisa buat 3 chap, ini riques Denis.. happy reading -ff ancur dimulai sekarang-

unknown
Deniseungri
Romance-friendship

Unknown: Track 1: This close-Konna chikaku de
***

"Telat lagi?" Tanya sebuah suara serak dengan nada malas, bergeser pelan.

"Bangun kesiangan pak!!" Lapornya hormat, membuat kelas mendadak tertawa terbahak-bahak mendengarnya.

"Duduklah" Kata suara serak itu lagi, mengerang malas.

"Baik.. err.. tak ada hukuman ya pak? Apa bapak sedang sakit demam?" Tanyanya menggoda lagi, membuat seisi kelas semakin terbahak.

"Ah, kau ingin kuhukum?" Balas suara serak itu, jahil, menatap murid kesayangannya dengan tatapan jahil.

"Jelas tidak!! Hanya saja, aneh, apa bumi berputar pada porosnya?" Jawabnya cepat, membuat guru dengan suara serak itu mengikik pelan.

"Duduk sajalah, dunia tak berputar pun, kau tetap murid dengan jam ngaret" Kata suara serak dengan nada penuh penekanan, membuat para penghuni kelas terguyung lemas, jelas saja, mereka terlalu banyak tertawa melihat lawakan live.

***
Denis duduk dengan lega, duduk di sebelah teman dekatnya, Jessica, yang sekarang sedang merapikan make upnya, jelas di tipe yang girly dan berisik.

"Ehm,.. lawakan tadi cukup menyegarkan lho!!" Kata Jessica, menggoda, menatap Denis yang sedang fokus ke papan tulis.

"Ah,.. ya terima kasih!! walaupun itu bukan lawakan" Kata Denis, serius melihat papan tulis, membuat Jessica bingung, Denis bukan tipe kutu buku seperti Sasqi, bukan?*

"Ada apa? Kau menikmati pelajarannya?" Tanya Jessica, menyikut Denis.

"Jelas tidak!! Statiska adalah pelajaran yang paling ingin kukutuk sedunia!!" Kata Denis, tak memalingkan matanya dari papan tulis dengan tulisan ribut itu.

"Lalu? Kau melihatnya seperti serigala melihat domba" Kata Jessica.

"Em.. dibalik penghapus papan tulis itu, bukankah itu coklat Swiss bungkusan?" Tanya Denis, menunjuk tangan pak guru yang memegang penghapus papan tulis.

"Astaga, jadi itu yang kau lihat?" Tanya Jessica tak percaya.

"Yap begitulah"

***
"Ada yang mau bertanya?" Tanya Pak guru, duduk kelelahan begitu selesai menjelaskan.

"Aku pak!!" Kata Denis, mengacungkan tangan, suaranya dalam berarti maksud tertentu, pak guru hanya menatapnya curiga.

"Kau punya udang di balik batu Denis" Kata Pak guru, acuh tak acuh.

"Bapak mau membiarkan muridnya bingung?" Jawab Denis memancing debat.

"Hh.. baiklah apa itu jam karet?" Tanya Pak guru dengan mengejek.

"Coklat Swiss batangan itu, apa rasanya enak?" Tanya Denis polos, membuat Pak Seungri yang duduk nyaman di kursinya itu terjengkang ke belakang, membuat seluruh siswa tertawa.

you dont understand, im so in love with you
***

Mereka sangat dekat

***

* = ff ini agak berhubungan sama Lets just being friend jadi jangan kaget kalo chibii bawa2 nama Sasqi, Sohee ama Kyuhyun.

-chibiimomo-

Minggu, 26 September 2010

Lets just being friend

wehehehe.. LAST CHAPTER APDET.. gausa lebay kalii,,.. chap terakhir ini akan membawa bencana buat Kyuhyun dan Sasqi, dan juga di chap ini,.. chibii sekalian mau pensiun sebentar bikin ff, -pensiun mana bisa bentar?_- yang bener sih cuti ya?? yaudah deh, langsung saja kita mulai.. ready.. start.. go away-ngaco ih-

Lets just being friend
Sasqi-Kyuhyun
Romance-hurt/comfort

Lets just being friend: im sorry, i do it for my best friend.
***

Hari festival...

Sasqi menghela nafas, mengunjungi stand-stand festival berdua dengan Sohee memang tidak enak, lihat saja, sedari tadi dia mengoceh soal model-model fashion dan pernak-pernik lucu, Sasqi bukan tipe yang seperti itu.

"Ah cincin itu" Gumam Sohee, membuat Sasqi menoleh ke arah cincin yang di tunjuk Sohee dengan telunjuk lentiknya.

"Kenapa memangnya?" Tanya Sasqi, matanya kembali ke arah lembaran buku Kimia, kembali berjalan cepat.

"Cincin yang sama persis ternyata" Komentar Sohee, menatap cincin itu lekat-lekat, cincin simpel berwarna perak dengan ukiran datar yang biasa.

"Sama persis?" Tanya Sasqi, menatap keheranan, jarang Sohee tertarik dengan cincin seperti itu.

"Ya, Kyuhyun memberikannya padaku, ternyata sama persis" Kata Sohee, menunjukkan tangan lentiknya.

DEG. Sakit, secepat itukah Kyuhyun melupakanku? Tanya Sohee dalam hati.

"Dia juga memberikan surat padaku, ah.. apa ya isinya?" Tanya Sohee berusaha menebak-nebak.

"Kau belum membukanya?" Tanya Sasqi, meringis sakit, menahan matanyanya yang hendak mencair.

"Belum, sayang kan dibuka sekarang?" Tanya Sohee, mengikik senang, astaga, kenapa aku jadi begini, kata Sasqi dalam hati.

"Ah, itu Kyuhyun!!" Jerit Sohee, melambaikan tangan seraya berteriak melengking.

"Kyuhun!!" Panggilnya, yang dipanggil hanya menengok dingin dan menghampiri, tanpa ada jawaban panggilan.

"Iya Sohee?" Tanya Kyuhyun datar.

"Terima kasih cincinnya ya!!" Kata Sohee riang, mata Kyuhyun melebar, kaget.

"Sasqi, kita harus bicara" Katanya geram, mencengkram tangan Sasqi segera dan menariknya menjauh.
***

"Bila kau tak mau, kau tak harus memberinya pada Sohee" Kata Kyuhuin datar, memulai percakapan, mereka berdua kini berdiri di belakang gedung sekolah yang sepi.

Tes.Tes.Tes. Tiga bulir air mendarat mulus ke pipi Sasqi, cewe itu menangis pelan, sangat pelan.

"Baru kemarin" Kata Sasqi dengan bergetar, membuat Kyuhyun bingung.

"Baru kemarin kau bilang kau menyayangiku bukan? Kenapa sekarang kau sudah melihat Sohee?" Tanya Sasqi, nada suaranya meninggi, ya, baru kemarin Sasqi mendengar Kyuhyun bersumpah bahwa Kyuhyun menyayanginya.

"Maksudmu? Apanya yang melihat Sohee? Kau yang memberi cincin itu pada Sohee" Kata Kyuhyun datar.

"Aku? Aku bahkan tak menerima cincin itu darimu" Bentak Sasqi marah.

"Aku menitipkannya pada Sohee, bersama surat" Kata Kyuhyun, dingin dan terdengar tak suka.

"Kau menitipkannya? bukan memberikannya pada Sohee? La.. Lalu kenapa Sohee memakainya?" Tanya Sasqi, bingung.

"Salah paham?" Tanya Kyuhyun menebak.

"Mungkin, apa kau tak memberi tahu sesuatu?" Tanya Sasqi, merasa ada yang terlewat.

"Sesuatu?" Tanya Kyuhyun.

"Seperti, er... 'berikan itu pada Sasqi?' " Tanya Sasqi lagi. Dan cowo keren di hadapannya menepuk kepalanya keras.

"Astaga aku lupa" Ujarnya panik, kontras dengan nada sebelum-sebelumnya.

"Ya" Balas Sasqi muram, Sohee salah paham dan dia tidak bisa memiliki Kyuhyun, padahal Sasqi sejujurnya menyayangi Kyuhyun, walau hanya sejumput.

***
"Ah, kalian di sini, ada yang mau aku tanyakan" Kata sebuah suara bingung.

"Sohee," Gumam Sasqi kaget, apa Sohee mendengar pembicaraannya tadi?

"Aku harus pergi" Kata Kyuhyun, datar dan dingin.

"Tunggu, aku penasaran" Kata Sohee memegang kerah lengan Kyuhyun.

"Cepat dan biarkan aku pergi" Kata Sang pemilik lengan kesal.

"Cincin ini untukku tapi surat yang bertuliskan 'untukmu, aku menyayangimu, maaf,' ini untuk Sasqi," Kata Sohee, menunjukkan surat itu, membuat mata Sasqi membulat. Sohee tak boleh tau soal perasaannya dan Kyuhyun.

"Salah tulis, kau tahu? Sasqi dan Sohee agak mirip bukan?" Kata Sasqi cepat, mebuat Sohee menatapnya bingung menyelidik.

"Ini bukan salah paham kan?" Tanya Sohee lagi.

"Bukan, tak mungkin aku dan Kyuhyun ini pa-pa.. punya perasaan bukan?" Kata Sasqi, berusaha menutupi kepanikannya. Jawaban kali ini membuat Kyuhyun berbalik marah.

"Y-ya, Kyuhyun menyayangimu Sohee, kalian serasi" Kata Sasqi cepat, menahan tangis, mendorong Sohee agar mendekat ke arah Kyuhyun, pergi meninggalkan mereka.

"Sas, mau kemana?" Tanya Sohee bingung.

"Kalian berdua saja dulu" Perintah Sasqi, berlari meninggalkan mereka, demi Sohee, ia rela meleaps Kyuhyun.

Sasqi berlari meninggalkan mereka, Kyuhyun hanya menatapnya marah dan tak rela, Sohee, yang tak tau apa-apa hanya tersenyum.

***
Seminggu kemudian..

"Sasqi, aku dan Kyuhyun sekarang seorang pasangan" Kata Sohee, menarik lengan Kyuhyun, yang ditarik hanya mendekat pasrah dan membisikkan sesuatu ke arah Sasqi.

"Aku masih ada padamu" Bisiknya pelan, membuat Sasqi semakin menahan tangis dan menggigit bibir. Kyuhyun yang ia sayangi, yang ia lepas, menjadi pasangan sahabatnya, dan ternyata masih menyayanginya.

"Cukup teman, tak lebih, aku menyayangimu, tapi sahabatku mencintaimu, dia lebih menghargaimu, jaga dia" Gumam Sasqi pelan, tepat di kuping Kyuhyun dan kemudian pergi meninggalkan kelas.

Its over,
Lets just being friend.
You're her now.

Just being friend.
Mari berteman Kyuhyun, ayo, cukuplah menjadi teman.
***

Keep ato DELETE? tell mee.. tell me...

-chibiimomo-

WAJIB BACA!!!

Well~ setelah si princeca dpt teguran dari Helda Onnie, gw minta bwt yg mau bc kelanjutan dari :
-The Team
-Connected
-Bracelet

Kalian tinggal buka :


Oke???


-itsme-

Rabu, 22 September 2010

Lets just being friend

Wekek.. inilah.. lanjutan, chap 2 dari lets just being friend yooh.. Sasqi, bersiaplah kau jadi OOC di sini!!

Lets just being friend
Sasqi-Kyuhyun
Romance-Hurt/comfort

Lets just being friend: God, what's wrong with him?
***
Seminggu kemudian..

Sasqi berjalan menyusuri perumahan itu dengan pelan, jam masih pukul 06.30 dan cewe itu sudah berangkat sekolah, sekolahnya tak jauh dan dia lebih memilih berjalan kaki dibanding menggunakan fasilitas dari ortunya.

Kini Sasqi melewati sebuah taman, biasa memang, tapi ada yang menarik perhatian cewe kelas 10 yang hobi baca itu. Ada sebuah bunga, warnanya biru, tumbuh di pusat taman, tegak, di sekelilingnya banyak Mawar dan Lily, berjajar seolah memberi jalan pada sang bunga biru itu.

Sasqi mulai penasaran, berkali-kali ia melewati taman itu, baru sekarang ia menyadari ada sebuah bunga yang indah dan dihormati bunga lain, yah biasanya Sasqi memang selalu berjalan menuju sekolah dengan headphone yang menyumpal telinga dan sebuah buku cerita 'ringan' karangan Helen Keller atau J.K. Rowling.

Kini cewe itu masuk ke taman dengan gerbang berwarna putih klasik itu, berjalan lurus menuju bunga indah berwarna biru segar, tangannya menjulur, siap menyentuh bunga langka itu.

"Namanya Hibiscus, bunga yang akan mati setelah hidup sehari"

Sebuah suara membuat tangan Sasqi berhenti, suara dingin datar itu terdengar aneh..

Bagus, dia menggangguku lagi, keluh Sasqi dalam hati. Tangannya kembali masuk ke kantong rok kotak-kotak berwarna kremnya.

"Ya, terima kasih atas infonya" Balas Sasqi malas, bersiap melangkah pergi keluar taman ketika Kyuhyun memegang lengan bajunya.

"Tidakkah ini aneh? kupikir dia akan bertahan satu hari" Tanya Kyuhyun, nadanya luar biasa gusar.

"Bunga itu? Entah, aku tak peduli" Jawab Sasqi enteng, menunjuk bunga Hibiscus dengan telunjuk lentiknya.

"Astaga, apa yang kau katakan? Ini bukan soal bunga" Kata Kyuhyun, memutar bola mata, tangannya masih memegang lengan sweaternya.

"Apa pun itu, itu bukan urusanku" Kata Sasqi, nadanya memerintah. Sasqi berusaha mengibaskan lengannya agar Kyuhyun mau melepaskan pegangannya.

"Bisa tolong hargai orang? Bisa tolong dengar apa yang kukatakan?" Tanya Kyuhyun sinis, nadanya mengejek, membuat darah yang mengalir tenang di pembuluh Sasqi mulai matang.

"Bicara jika kau mau bicara tuan Kyuhyun" Balas Sasqi, menekankan kata 'tuan' yang barusan diucapkan.

"Aku bingung, kenapa aku bisa menyayangi seseorang yang luar biasa menyebalkan sepertimu"

Astaga.. suara itu terdengar pelan dan jelas, suara Kyuhyunkah itu? Tanya Sasqi dalam hati. Kini cewe itu hanya membatu, berusaha meyakinkan dirinya bahwa tadi itu bukan mimpi, Kyuhyun me-me-me-menyayanginya?

"Kau..??" Tanya Sasqi, kalimatnya terpotong di tengah jalan saat tangan Kyuhyun melepaskan lengan bajunya, beralih menggenggam tangannnya.

"Ya, apa tadi kurang jelas nona Sasqi?" Tanya Kyuhyun, dengan suara luar biasa lembut dan senyum luar biasa indah, mengecup punggung tangan Sasqi dengan pelan.

"Lepas, ini bukan hakmu" Jawab Sasqi dingin, apa maksudnya? Seenaknya melecehkan orang!!
umpat cewe itu kesal.

Kini dengan mata nyaris mencair, Sasqi mengibaskan tangannya berlari secepat mungkin keluar taman, meninggalkan Kyuhyun.

***
Ada apa dengan dia?? Seenaknya begitu!! aku benci dengannya!! Batin Sasqi, tak menyimak penjelasan Pak Kibum tentang Sejarah Artefak tertua di Mesir.

Apa yang salah dengannya?? Aku tak suka di perlakukan seperti itu!!! Maki Sasqi lagi, menghiraukan senggolan sikut Sohee yang lancip itu.

"Sasqi!!!" Jerit Sohee melengking, membuat yang dipanggil tersentak dari lamunannya dan nyaris terjengkang ke belakang.

"Aduh, jangan berisik Sohee, ada apa sih??" Tanya Sasqi, merasa acara memaki dan menggerutunya tadi terganggu.

"Aku punya hal penting yang harus ku beritahu padamu" Kata Sohee, menatap ceria sahabatnya yang kini sedang membuka-buka buku, kali ini tentang Seni dan Budaya. Bagus, dia sudah kembali menjadi Sasqi, batin Sohee, merasa lega.

"Hn, Apa itu??" Tanya Sasqi, mencoba membuat nada suaranya terdengar menarik, padahal matanya tak beralih dari halaman 52 buku tebal itu.

"Aku..Aku suka, hei lihat aku, lihat aku!!" Kata Sohee dengan suara cerianya, mengangkat paksa wajah Sasqi dan menarik paksa pandangan Sasqi, dari bukunya.

"Aduh,.. jangan begitu,.. hh.. baiklah,, apa itu Sohee, aku mendengarkan" Kata Sasqi, menyerah, mengibaskan tangannya, mengusir tangan Sohee yang mencengkram erat dahunya, membuat sebuah senyum paksa dengan bola mata yang memutar kesal.

"Baiklah,.. dengar.. dengar, Hei, Sasqi, dengar!!" Kata Sohee, kesal, bibirnya manyun dan tangannya bertolak di pinggang.

"Iya aku mendengar Ahn Sohee" Kata Sasqi malas, menekankan kata 'Ahn Sohee'.

"Janji kau akan mendengarku?"

"Astaga, Iya sohee"

"Baiklah aku.."

"Kau.."

"Aku.."

"Cepatlah Sohee, aku mau membaca lagi" Kata Sasqi malas.

"Baiklah aku,"

"Kau?"

"Menyukai Kyuhyun" Kata Sohee dengan muka merah merona.

DEG. Ada sesuatu yang berdetak menyakitkan di hati Sasqi, Sohee sahabatnya menyukai Kyuhyun?

Yang artinya aku tidak bisa memiliki Kyuhyun? Tanya Sasqi.

Tunggu.. sejak kapan Sasqi ingin memiliki Kyuhyun?

-to be continue-

Sasqi.. maaf aku membuat dirimu menjadi sangat aneh di sini.. maafkan aku menduakan cintamu, maaf maksud saya , maafkan aku, fanficku memang ancur...

katakan ya pada penghapusan entri!! setuju Sas?

Iya aja deh, biar gue apus ini ff..

-chibiimomo-

Selasa, 21 September 2010

lets just being friend

riques dari princeca nih.. minta ff yang ada dia sama Kyuhyun.. wekekek, maap aja di ff ini gue sangat ingin jadi sunmi..

kali ini thereeshoot aja.. nggak sanggup buat banyak-banyak, maap deh chibii ngapus me-she-and-you ngga suka aja bacanya, terlalu gombal!!

oke lets start
Lets just being friend
sasqi-Kyuhyun
romance-hurt/comfort

Lets just being friend : Whatever, he doesnt my type!
***

Sasqi mengenakan sweater krem pucatnya dengan terburu-buru, rok merah muda kotak-kotaknya ia pakai dengan tidak rapih, terakhir Sasqi menyambar tasnya lalu keluar kamar kosnya dengan kecepatan ekspres.

Yah,.. Sasqi murid pertukaran pelajar, ia kini di korea dan sudah menetap selama 3 bulan, dan masih belum terbiasa dengan lingkungan hidup korea yang berbeda dengan negara asalnya.

Kini Sasqi menyusuri koridor dengan terengah-engah, tas coklat muda selempangnya menggandul di ujung bahunya, sepatu putihnya bergema, memantul-mantul di koridor sekolahnya yang panjang itu.

"Go-gomen aku telat lagi sensei" Kata Sasqi, keceplosan bahasa jepang tuh!! yah, gurunya, Kibum, hanya geleng-geleng pasrah, asistennya Sunmi -waah gue mau jadi Sunmi- hanya tersenyum cantik dan menenangkan Sasqi yang sudah dengan pasrah menerima hukuman dari pak -what de hel?? cowo gue dipanggil pak?- Kibum itu.

"Silahkan duduk Sasqi, ada perkenalan murid baru, pertukaran pelajar juga" Kata Pak Kibum acuh, membuat Sasqi tersenyum lega dan berjalan ke arah Sohee, teman sebangkunya.

"Baiklah, perkenalkan, Kyuhyun, murid pertukaran pelajar dari Sekolah Swasta di Jepang" Kata Pak Kibum dengan acuh, itu guru niat ngajar nggak?? Omel Sasqi dalam hati.

"Kenalkan, namaku Kyuhyun, minta bantuannya" Hanya itu yang keluar dari mulut murid baru itu, dingin, dengan sedikit bungkukan hormat dan dengan datar bertanya pada Pak Kibum.

"Dimana kursiku pak?" Katanya, suaranya datar, benar-benar dingin dan tenang.

"Sebelah Donghae, kursi nomor urutan 27" Jawab si guru, masih acuh, matanya tak beralih dari buku yang dipegangnya, yang jadi serba salah adalah Sunmi, sebab asisten satu itu selalu dapat protesan dari murid-murid karena Pak Kibum terlalu menyebalkan.

"Arigatou" Ups, cowok seperti Kyuhyun bisa juga keceplosan bahasa Jepang. Tapi lagi-lagi Kibum hanya tersenyum paksa dan matanya kembali ke arah buku. Dan kini tangannya memberi sebuah isyarat pada Sunmi untuk pergi.

"Pelajaran hari ini kosong, diskusikan performance untuk festival minggu depan, panitia sudah ditentukan, murid-murid dengan nilai tertinggi dan kelakuan terbaik yang menjadi panitia, permisi" Kata Pak Kibum, membuka pintu dengan malas, tangannya masuk ke kantong dan keluar dengan cepat. Sunmi hanya membungkuk.

"Mohon kerja samanya" Kata gadis cantik berkulit putih itu. Lalu dengan malas sebuah suara bariton dengan tidak suka mendecak.

"Sunmi? sedang apa? ayo pergi!" Perintah si guru dengan nada malas, tangannya kini menggenggam sebuah coklat batangan yang tinggal setengah. Olala, dia menunda KBM hanya demi sebatang coklat? Protes Sasqi geram.

"Baik Pak.."

Dan suasana kelas langsung gaduh begitu asisten guru mereka yang manis meninggalkan kelas. Kelas seperti ini tak akan pernah tenang, batin Sasqi dengan malas, membuka-buka buku Biologi dengan cepat, Bab 152.

"Cowo pindahan tadi, menurutmu?" Tanya Sohee, memainkan pernak-pernik di tempat pensilnya, Sohee tipe cewe yang populer dan manis, tak heran banyak yang menyukainya.

"Biasa" Komentar Sasqi malas, tangannya masih dengan cepat membuka-buka halaman buku biologi yang tebal itu.

"Dia pindahan dari Jepang, sama denganmu, dia murid pertukaran pelajar, sama denganmu, dia panitia Festival, sama denganmu, dia cukup dingin, sama denganmu, kalian tampak serasi" Komentar Sohee, mendecit senang membayangkan Sasqi dan Kyuhyun bersama-sama.

"Terserah, dia bukan tipeku" Komentar Sasqi, kini matanya sudah melahap satu bab buku biologinya itu.

"Bisa mulai rapatnya sekarang?" Tanya Kyuhyun dengan dingin, menggebrak meja Sasqi dan dengan datar menatap Sasqi yang marah, karena acara nyemil bukunya di usik seorang murid baru yang biasa saja.

"Mulailah jika kau mau Kyuhyun" Kata Sohee tenang, membekap mulut Sasqi yang sudah siap mengomel.

"Kau ketua kelas, kau yang harusnya membuka rapat" Balas Kyuhyun kesal, tak menghiraukan Sohee.

"Rapat dibuka" Teriak Sasqi malas, sangat tidak ingin berhubungan lebih lama lagi dengan si Kyuhyun ini.

***

Kyuhyun hanya mendecit malas saat Sasqi menggebrak papan tulis dengan pelan lalu mulai bicara soal festival dengan singkat.

"Pikirkan soal performance untuk festival nanti, tolong berikan ide yang kreativ" Kata sang ketua kelas, membungkukkan badan dan mengangkat wajahnya dengan ceria, sungguh sebuah topeng palsu, batin Kyuhyun dengan bosan.


***

"Tidak Sohee, sudah kubilang dia bukan tipeku" Jawab Sasqi enggan, mengibas-ngibaskan tangan dengan malas, matanya masih tertuju pada buku Statistiknya itu.

"Beri tahu aku apa tipemu dear?" Tanya Sohee manja, menggelayutkan tangannya ke tangan Sasqi.

"Sohee, bisa kita tak membahas hal itu? sebentar lagi ada ulangan Statistik dan aku harus belajar" Gumam Sasqi malas, dengan lahap dia memakan lembar-lembar penuh rumus dan angka yang ribet itu.

"Statistik? oh tuhan, ulangan itu masih 3 hari lagi Sasqi, apa yang membuatmu jadi makhluk buku begini?" Tanya Sohee, memutar bola mata karena kesal, apakah Sasqi sebegitu kutu bukunya?

"Hn, jangan ganggu Sohee" Komentar Sasqi, terlalu serius dengan bukunya.

"Astaga" Hanya itu yang mampu diucapkan Sohee, mendapati sahabatnya bisa dibilang mengalahkan emma watson alias Hermonie dalam Harry potter bila menyangkut masalah belajar.

"Setidaknya biarkan aku bertanya satu hal..." Kata Sohee, menegakkan badannya, bersemangat memikirkan sesuatu.

"Satu hal!" Perintah Sasqi, mengingat Sohee selalu melanggar janji bila masalah tanya-menanya.

"Apakah saat ini Kyuhyun ti-tipemu?" Tanya Sohee, menjebak, sayangnya Sasqi terlalu serius membaca, tak menanggapi pertanyaan ranjau dari sohe..

"Terserah, dia bukan tipeku"

Yap.. berarti tak salah bila.., batin gadis bernama Ahn Sohee -bener ga sih namanya kaya gitu?-

-to be continued (bener kan tulisannya kayak gitu?)-

hehe.. chibiimomo datang, kini bawa ff pesenan Princeca...

-chibiimomo-

Senin, 20 September 2010

Because I'm a Muslim

Genre: Family, Friendship

Main Cast: Kim I Za (author), Lee Young-Jae, Kim Jonghyun, Choi Soo Young

Other Cast: Im Yoon Ah



Aku berjalan keluar bandara. Aku baru datang dari Jakarta. Tepatnya sih Depok. Orang tua ku sudah bercerai. Bunda yang aslinya orang padang alias Indonesia mengajakku untuk tinggal bersamanya. Appa yang aslinya orang Korea membawa kakakku yang saat itu (katanya bunda) masih berumur sembilan tahun. Sekarang, setelah bunda meninggal, aku pergi ke tempat asal appa atas ajakannya. Katanya sih sampai disini aku akan dijemput oleh kakakku yang ikut appaku. Sekarang aku sedang menunggu kakakku yang katanya mau menjemputku.

10 menit kemudian...
“Aaarrrgghhh… kalau begini aku bisa stress nih,” kataku sambil mengambil handphone. Kubuka SMS dari appa yang isinya nomor handphone kakakku, Kim Jonghyun.
“Tut..tut..tuuuut…” arrgghh.. kenapa tidak dijawab?
Aku kesal. Kuremas kausku yang berwarna biru dan berlengan panjang. Sesekali aku mencoba menghubungi Jonghyun oppa. Tapi sama saja, tak ada jawaban. Aku duduk di bangku.

Tiba-tiba, ada yang menepuk bahuku. Aku berbalik. Kulihat seorang laki-laki berambut pendek dan agak cepak. Tingginya mungkin bisa dibilang pendek. Ia memakai kacamata hitam dan masker. “A-annyeong..” sapaku gugup. “Annyeong, kau yang bernama…Hafizhah Fithriyah?” tanyanya sambil memerhatikanku aneh. “N-ne. M-mianhaeyo, anda siapa ya?”

“O-oh. kenalkan aku kakakmu. Kim Jonghyun, masih ingat?”

“Anio~”

“Oh, tak apa. Lagipula saat appa bercerai dengan omma kau masih berumur satu tahun.” katanya sambil membawa koperku. “Ayo ke mobil, appa sudah tak sabar untuk bertemu denganmu.”

“Ne, oppa.”

Di mobil, aku diam beribu-ribu kata. Tak tahu apa yang ingin dibicarakan. Padahal, biasanya aku sangat cerewet. Ia membuka masker dan kacamatanya. Lumayan… “Bagaimana tadi di perjalanan, H-Hafi…” omongannya terputus. Pasti ia susah memanggil namaku. Sudah biasa. Orang Indonesia saja sering susah menyebutkan namaku apa lagi ia yang bukan orang Indonesia.

“Panggil saja Kimi, appa bilang namaku selama disini Kim I Za.” kataku menyela omongannya.

“Ne, Kimi. Bagaimana saat di perjalanan tadi?”

“Hmm… biasa saja. Tak ada yang istimewa. Makanannya juga lumayan. Kursi tidurnya juga nyaman. Tapi, pramu..” kuhentikan kalimatku. Aduh.. penyakit cerewetku keluar lagi deh! “M-mian, oppa.”

“Hahahaha.. tak apa, lagipula aku senang mempunyai adik yang cerewet sepertimu.”

“O-oppa, apa aku boleh bertanya?”

“Ya, tentu saja..”

“B-bagaimana oppa bisa menemukanku di bandara?”

“Hmm.. gampang, aku tau dari cara berpakaianmu. Appa sudah mengatakan kalau kau itu seorang muslim. Appa memberitahu pakaian apa yang biasanya seorang muslimah pakai. Namanya… j-jil..” sekali lagi ia menghentikan kalimatnya.

“bab, jilbab atau kerudung” kataku meneruskan kalimatnya.

“Katanya juga, seorang muslimah memakai pakaian yang menutupi bagian tubuh dari ujung rambut sampai keujung kaki kecuali wajah dan telapak tangan.” Katanya sambil terus menyetir.

“Ne.. jadi karena aku memakai jilbab, oppa jadi gampang mengenalku?”

“Selain itu, ciri-cirimu yang memakai kacamata juga membantuku.”

Selanjutnya, pembicaraan mengalir begitu saja. Aku yang cerewet telah kembali. Ternyata, kakakku yang telah berpisah denganku selama tujuh tahun juga seorang yang cerewet.

~~~~

Akhirnya mobil berhenti di depan sebuah rumah bertingkat tapi terlihat sederhana.

“Annyeong haseyo..” sapaku sambil celingukan(?) melihat sekitar. “Annyeong. ah! Kimi, apa kabar?” seorang pria gagah membalas salamku. “A-appa!” aku setengah berlari menuju appa, kupeluk ia dengan erat. Ia membalas pelukanku. Pelukan yang sangat kurindukan. “Aku baik-baik saja, bagaimana dengan appa?” aku menatap wajahnya. “Appa baik-baik saja.” ia tersenyum. Senyuman yang juga aku rindukan. “Bagaimana kau mengenal wajah appa? Bukankah saat kami berpisah kau masih berumur satu tahun?” appa bertanya sambil menatapku. “Aku tahu, karena omma sering menatap foto appa dan omma saat berada di sebuah danau.” Aku mempererat pelukanku. “Ooh..”

“Nah, sudah kangen-kangenannya. Sekarang kamu akan appa antarkan ke kamarmu.” appa melepaskan pelukanku. “Ayo, kamarmu ada di atas,” appa mengambil tas tentengku yang lumayan berat, dan memberikannya ke Jonghyun oppa.

****
“Ha…dul…saet.. TADA!!!!!!!!” appa membuka pintu yang ada di hadapanku.

Kulihat ada sebuah kamar luas yang berisi satu tempat tidur besar ber-sprei sky blue polkadot putih, lemari baju besar berwarna sky blue-putih, Meja belajar sederhana berwarna coklat muda yang diatasnya sudah tersusun bermacam-macam buku. Dan ada satu tempat pensil, sekotak pensil, sekotak penghapus, dua penggaris, dua gunting, dll. tapi, yang membuatku terkejut adalah kamera CLR tercanggih, HP keluaran terbaru yang lucu, dan sebuah netbook berwarna biru. Di lantai kayunya juga terdapat karpet bulu berwarna biru tua.

“I-ini benar-benar untukku?” tanyaku tidak percaya.

“Ya, ini semua untukmu. Kau suka?” aku mendekati meja belajarku.

“Aku suka, tapi…” kuambil HP baruku. “ini terlalu berlebihan..”

“Kenapa?”

“Aku sudah mempunyai HP, jadi aku tak membutuhkan ini..” kuberikan kembali HP pemberian appa.

“Tapi kaukan bisa mengganti HPmu dengan yang ini?”

“Sepertinya, tak usah. Mian appa, bukan maksudku untuk tidak menghormati appa. Tapi bunda bilang, aku jangan terlalu bermewah-mewahan,”

“Hhh.. kau memang mirip ommamu yang bergaya sederhana. Tapi, kau memerlukan kamera dan netbook itu kan?”

“Iya, lagipula aku sudah sejak lama menginginkan ini..”

“Hei cepatlah.. aku sudah capek nih!!” Jonghyun oppa meneriakiku. “Ahahahaha… iya-iya, maaf ya..” kuambil koper dan tas tentengku dari Jonghyun oppa. “Dasar, menyebalkan!” umpatnya. “Apa kau bilang?? Kau mencari masalah denganku, ya?”

“Ne, lalu kenapa?”

“Hey! Kau memang menyebalkan ya.. kau tak pantas untuk dipanggil oppa,”

“Ya~ yang justru menyebalkan malah kau tahu! Dasar NENEK CEREWET!” Jonghyun oppa menekankan kalimatnya.

“Apa katamu?! Dasar Kakek Pendek,”

“Nenek Cerewet,”

“Kakek Pendek,”

“Nenek Cerewet,”

“Sudah-sudah, jangan bertengkar lagi!” appa melerai. “Tapi dia menyebalkan appa!” kata kami bersamaan. Kami saling berpandangan. “Huh..” kualihkan pandanganku.

“Ya sudah. Kimi, sekarang kau beristirahat saja. Besok kau akan mulai bersekolah di Jungshin” appa mengelus kepalaku. “Ne, appa..”

“Appa, appa sudah bilangkan kalau aku ini seorang muslim?” tanyaku penasaran.

“Pada siapa?”

“Ya tentu dengan pihak sekolah..”

“Iya, sudah. Ada yang mau kau tanyakan lagi?” aku menggeleng.

“Oke, kalau begitu istirahatlah. Semua seragammu dari hari senin-jumat ada di lemari bajumu. Di hangernya sudah ada tulisan seragam untuk hari apa. Untuk hari sabtu memakai pakaian bebas. Sepatumu juga sudah ada di bawah. Tasmu ada di dalam lemari.”

“Baik appa..” appa lalu keluar kamar.

“Tidur yang nyenyak ya,” Jonghyun oppa mengelus kepalaku dengan lembut. “Apa sih…” aku memukul tangannya. “AUW! Sakit tau!” Jonghyun oppa meringis. “Biarin! Sudah, sana keluar!” aku mendorong tubuh Jonghyun oppa keluar kamar. “Iya-iya, aku bisa keluar sendiri!”

Aku menghempaskan tubuhku di tempat tidur. Kupejamkan mataku. Tak lama kemudian, aku tertidur.

~~~~

Tok! Tok! Tok!
“Kimi… bangun sudah jam 7, kamu masuk sekolah jam 9,” kudengar suara appa membangunkanku. “Ne appa, Kimi akan segera bangun. 10 menit lagi ya?” jawabku setengah mati bangun. “Ya sudah, tapi pastikan kau akan bangun ya..” Tap! Tap! kudengar langkah kaki appa menuruni tangga. Aku melanjutkan tidurku.

****

“YA~! BANGUN SUDAH JAM DELAPAN!” terdengar teriakan Jonghyun oppa tepat di samping telingaku. “Ne, aku bangun, tapi bisa tidak kalau kau tidak teriak di telingaku? Suara cempreng mu itu mengganggu tau!” ucapku kesal. “Biar saja. Sekarang, kalau kau mau pergi sekolah cepat bersiap-siap. Aku juga mau pergi kuliah, araseo?”

“Ara. Sudah sana, aku mau mandi, cepat keluar!” aku mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi yang ada di dalam kamarku.

“Cepat! Aku menunggumu di ruang makan,”

“Iya,” jawabku dari dalam kamar mandi.

****

Selesai mandi, aku mengambil seragamku. Aku mencari hanger yang bertuliskan hari senin. Setelah kutemukan, aku memakai seragam itu. Seragam itu adalah baju terusan berlengan panjang berwarna abu-abu. Seragam itu panjangnya diatas lutut *inget aja seragamnya Jessica di lagu “Girls’ Generation”*. Karena seragam yang menurutku pendek, aku memakai celana jins pensil berwarna hitamku, dan memakai jilbab abu-abu –untuk menyamai warna seragamku. Aku segera mengambil tas punggung biru-hitam ku dan menuju ke ruang makan.

Di ruang makan…
Aku duduk di sebelah Jonghyun oppa.

“Mana appa?” tanyaku sambil mengambil roti.

“Ia sudah pergi tadi, jam setengah delapan.” ujarnya sambil tetap makan. “kenapa kau memakai celana jins?”

“Karena seragamnya terlalu pendek, aku tak suka..” aku memakan rotiku. “mau menanyakan apalagi?”

“Tak ada, ayo kita pergi.” Jonghyun oppa mengambil tasnya.

“Hey Jonghyun, tunggu aku!” aku menyusul Jonghyun oppa.

“Apa kau bilang? Jonghyun? Aku ini lebih tua darimu 8 tahun tau! Setidaknya kau menghormatiku!”

“Kan semalam sudah kubilang kalau kau tidak pantas untuk dipanggil oppa, Jonghyun..” kutekankan kalimatku pada kata Jonghyun. Aku lalu masuk ke dalam mobil.

“Mmm… iya ya, mengapa aku tak ingat?? Aku juga merasa lebih nyaman kalau kau panggil dengan ‘Jonghyun’” katanya sambil menghidupkan mobil.

Noona neomu yaeppo..
Micyeoh…
Replay, replay, replay…

Handphone Jonghyun berbunyi. “Annyeong… oh Soo Young, ada apa?”

“Hey Jonghyun..! kenapa belum menjemputku?”

“Iya, maaf.. sebentar lagi aku akan sampai di rumahmu. Kau tunggu di luar ya..”

“Cepatlah, aku sudah lelah menunggu..”

“Iya, tunggu sebentar lagi.. aku sudah melihatmu.”

Sekarang kami sudah ada di depan rumah perempuan yang bernama Soo Young. Perempuan berambut panjang itu terlihat cantik dengan kaus lengan pendek berwarna biru dan celana jins pensil. “Jonghyun, kau lama sekali…” katanya sambil menutup handphone-nya, lalu masuk lewat pintu depan mobil. “Hei, siapa ini? Aku belum pernah melihatmu sebelumnya..”

“Dia adikku yang telah lama berpisah. Aku baru bertemu dengannya sekarang setelah 13 tahun berpisah. Dia dari Indonesia.”

“Wah, neomu kiyeopta.. kenapa kau tidak memberitahukanku sebelumnya?”

“Kan sudah kubilang, aku baru bertemu dengannya..”

“Oh iya!” Soo Young itu menjulurkan sedikit lidahnya. “Kalau begitu, aku mau pindah ke belakang ah..” Soo young onnie pindah ke sebelahku lewat celah antara jok depan sebelah kiri dengan yang sebelah kanan. *Author: pada ngertikan?*

“Hei, kalau ke belakang kau bisa lewat pintukan?” kata Jonghyun sambil menepuk pantat Soo Young onnie.

“Ya~! Itu pelecehan namanya!” Soo Young onnie langsung memegang pantatnya saat sudah duduk di sebelahku. “Lagipula aku malas, sudahlah jalan saja.. kita terlalu lama menghabiskan waktu, nanti kita bisa terlambat.”

“Annyeong! Aku Choi Soo Young, sahabat Jonghyun. Namamu?” ia menjulurkan tangannya

“Namaku Kim I Za, onnie bisa memanggilku Kimi.” kataku sambil berjabat tangan dengannya.

“Kau seorang muslim?”

Aku mengangguk. “Aku ikut agama ibuku.”

“oh..”

Selanjutnya, ia menanyaiku berbagai macam pertanyaan yang membuatku kewalahan. Tapi aku menjawab saja, karena ia orang yang sangat menyenangkkan.

~~~~

Sampai di sekolah, kulihat di sekeliling sekolah tak ada siapa-siapa.

Hmm.. Jonghyun terlalu cepat mangantarku. Ini masih terlalu pagi. Ngapain dulu ya?

Kulihat ada bola basket di tengah-tengah lapangan. Kebetulan aku bisa sedikit bermain basket. Main ah..

Setelah berkali-kali mencoba memasukkan bola pada ring, aku selalu gagal. Akhirnya kucoba kembali. Kali ini aku yakin kalau aku bisa memasukkan bolanya.

“Tu…wa…ga..!!”
Buk!

“Ah…!!! Tak masuk. Padahal aku sudah berkali-kali mencobanya, tapi mengapa tak bisa..??” kuambil lagi bola basket, dan kubanting keras-keras. “Ah! Sebel banget sih..” aku mengeluh dengan bahasa Indonesia. Aku duduk di tengah lapangan sambil menenggelamkan kepalaku di antara dua lututku.

“Ah, capeknya..”

Tiba-tiba, saat aku mengangkat kepalaku, kulihat bola basket berada di depan wajahku. Aku mengambil bola basket itu. Kulihat ada seorang laki-laki tersenyum padaku. Aku benci senyuman itu, senyuman itu seperti menghinaku.
“Kalau belajar, jangan setengah-setengah..” ia menjulurkan tangannya untuk membangunkanku. “Ayo sini, kubantu kau sampai bisa.” ia mengambil bola basket yang ada di tanganku.

“Ayo, sini kuajari kau.” Aku mendekatinya. “Ini, pegang bolanya dulu, aku mau melihat bagaimana cara kau memegang bola basket,” kuambil lagi bola basket darinya. Kupegang bola basket seperti caraku memegang seperti biasa.

“Hahaha…. pantas saja kau tak bisa memasukkan bola basket itu ke dalam ring,”

“Maksudnya kau menghinaku, begitu?”

“Tidak, tidak.. sini kuajarkan cara memegang yang benar,” ia mendekatiku. “Nah, taruh tanganmu disini, naikkan sikumu sedikit,” ia memegang tanganku dari belakang, dan mendekatkan wajahnya ke wajahku. “dan, coba sekarang kau lemparkan dengan setengah kekuatanmu.”

Aku mengikuti omongannya. Dan..

“YES! Masuuuukk…!!!!!! YEEEYY..” tanpa sadar aku memeluknya erat-erat. Ia kelihatan kaget.

“Ooops.. sorry,” aku melepaskan pelukanku.

“Tak apa..”

“Ya sudah, khamsahamnida untuk semuanya, aku mau ke ruang guru dulu. Annyeong..”

“Annyeong..” balasnya sambil tersenyum. Sepertinya aku mulai menyukai senyuman itu. Aku berlari menuju ruang guru.

Aku berhenti, aku berbalik menatapnya. “Eh, tunggu.. aku adalah anak baru di sekolah ini, jadi…” Kutahan sedikit omonganku. Ragu.

“Jadi..??” laki-laki itu mengulang omonganku.

“Jadi.. bolehkah aku berkenalan denganmu?” Aku berlari menuju laki-laki itu. Aku menjulurkan tanganku padanya. “Bolehkah aku berteman denganmu?”

Ia melihat tanganku sebentar. “Y-ya, ya, tentu saja boleh.. Kenalkan, namaku Lee Young-Jae, panggil saja Young-Jae. Kalau kau?” ia menyambut tanganku.

“Namaku Kim I Za, kau bisa memanggilku Kimi atau Iza. Tapi, biasanya sih teman-temanku memanggil Kimi.”

“Kalau begitu.. aku mau memanggilmu Iza, biar berbeda dengan yang lain. Kan, aku bukan sekedar temanmu, tapi sahabatmu.” Ia tersenyum lagi. Aku semakin menyukai senyumannya.

“K-kau.. mau bersahabat denganku?” aku bertanya lagi. Untuk meyakinkan omongannya tadi.

“ya, tentu saja, memangnya kenapa? Ada yang salah..?”

“A-anio, tapi.. akukan seorang muslim,”

“Ya tak apa.. aku senang berteman dengan siapa saja..”

“Kalau begitu, aku pergi dulu ya, annyeong..” aku melambaikan tanganku padanya dan berlari menuju bangunan sekolah untuk mencari ruang guru.

****

“Annyeong haseyo.. choneun Kim I Za imnida~ Biasa dipanggil Kimi. Aku baru pindah dari Indonesia, dan aku seorang muslim. Kuharap kalian mau bekerja sama,” aku membungkuk.

“Baiklah Kimi, sekarang kau duduk di sebelah Im Yoon Ah.” Kyuhyun sonsaengnim menunjuk seorang gadis. “Khamsahamnida, sonsaengnim.” Aku membungkuk lalu berjalan menuju tempat dudukku.

Selama berjalan menuju tempat duduk, kulihat banyak tatapan tak bersahabat. Aku memaklumi itu. Pasti mereka jarang melihat orang berjilbab di lingkungan sekitar mereka. Berbeda dengan Indonesia yang biasa melihat orang berjilbab karena memang mayoritas orang Indonesia beragama islam sangat berbeda jauh dengan disini.

Sampai di tempat duduk, aku menyapa gadis yang bernama Im Yoon Ah itu.

“Annyeong..” aku tersenyum.

“Annyeong,” sapanya sambil tetap membaca buku yang ada dihadapannya.

Hmmm… ya sudahlah, mungkin ia belum bisa menerimaku. Batinku sambil menatap lapangan basket dari jendela yang ada di sebelahku.

Sepi.

Tak ada siapa-siapa disana.

Kualihkan kembali pandanganku kepada YoonA, lalu ke Kyuhyun sonsaengnim yang sedang mengajar.

~~~~

Teng! Teng!

Bel pulang sudah berbunyi. Aku langsung keluar kelas.

Byur!

Sebaskom air mengguyur kepalaku, dan membuat basah seluruh tubuhku.

“Ha..ha..ha..ha..” terdengar suara tertawa yang sangat keras dan terbahak-bahak. Aku geram. Kukepalkan tanganku. Kimi… tahan emosimu. Jangan membuat musuh ataupun masalah di sekolah barumu. Jangan keluarkan sifat premanmu. Pikirku.

Kulihat ada 2 orang perempuan mendekatiku. Mereka sangat modis. Kupikir mereka adalah primadona sekolah.

“Hey kau, anak baru! Kau berani sekali mendekati pangeran kami di sekolah. Padahal kau masih baru disini dan kau seorang muslim!”

“Memangnya kenapa kalau seorang muslim?”

Aku melihat ke asal suara. Young-Jae!

“P-pangeran..” 2 perempuan sok yang sedang ada di depanku ini berbalik dan terlihat kaget melihat Young-Jae ada di belakang mereka.

“Memangnya kenapa kalau dia seorang muslim? Toh, ia sama dengan kita, ia juga seorang manusia..” Young-Jae mendekatiku.

“Tapi dia sangat tidak pantas untuk ada disini!” perempuan yang berambut panjang.

“B..” aku menaruh tanganku di dadanya.

“Biar aku saja.” bisikku padanya.

“Apa alasanmu menghinaku? Mengapa aku tak pantas untuk disini? Wae?”

Semuanya diam. Young-Jae menatapku takjub.

“Tak ada kan? Jadi biarkan aku belajar dan berteman disini.” Aku berjalan pergi. Meninggalkan Young-Jae, 2 orang perempuan menyebalkan itu dan teman-temannya.

Oh Oh Oh Oppareul saranghae
Ah ah ah ah manhi manhihae

Hp-ku berbunyi. “Annyeong..”

“Annyeong.. Kimi, kau dimana?”

“Aku masih di sekolah. Kau dimana?”

“Aku sudah ada di depan sekolahmu. Cepatlah, aku sudah tak tahan disini. Terlalu banyak orang yang memperhatikanku.”

“Ha.. ha.. ha… memangnya kau siapa oppa..? seorang artis terkenal..?”

“Aku memang seorang artis, masa’ kau tak mengenalku?”

“Aku tak mengenal kau. Aku tak pernah tau kalau kau itu seorang artis. Kau artis apa? Penyanyi atau aktor?”

“Nanti saja kita membicarakan itu. Di mobil saja. Aku sudah tak tahan disini. Soo Young juga tak tahan sembunyi terus di mobil.” *Author: pikirin aja sendiri bisa sembunyi dimana kalo lagi di mobil*

“Mwo? Soo Young onnie ada? Kalau begitu aku akan segera kesana. Tunggu ya..”

“Cepatlah..”

Kututup hp-ku dan segera berlari agar Jonghyun tidak menungguku lebih lama.

“Ya~ Kimi! Jangan lari kau!”

Ooops.. sepertinya aku harus berlari lebih cepat.

2 orang perempuan itu berlari menujuku. Tapi, mereka tak akan bisa mengalahkan kecepatanku.

****

Brak!

Pintu mobil kututup dengan keras. “Annyeong Jonghyun.. Cepat jalan!”

“Ya~! Kau ini bagaimana sih? Baru masuk sudah menyuruhku jalan. Dan bisa tidak kalau kau menutup pintu mobilku dengan lemah-lembut?!”

“Tidak. Sudah, jalan saja.. jangan banyak bicara!”

Jonghyun segera menyalakan mesin mobil dan berjalan pergi meninggalkan sekolahku. Soo Young onnie segera keluar dari tempat persembunyiannya.

Author’s POV
Di sekolah…

“I-itu benar-benar Jonghyun oppa?” kata perempuan yang berambut panjang.

“I-iya. Aku pasti tidak salah lihat.” kata perempuan yang satunya lagi.

“B-berarti dia punya…” perempuan yang berambut panjang menghentikan ucapannya.

“HUBUNGAN DENGAN JONGHYUN OPPA… KYAAA~” ucap mereka berbarengan.


TBC




Geje ya? Maap deh… dimaapin kan? Kalo gitu Ratu K-Pop 7C ini minta kalian memberikan komentar, protes, saran, kritik, de-el-el. Biar aku bias membuat cerita lain yang sesuai kemauan kalian, gimana? Boleh lewat sini, boleh juga di sekolah… OK? FF ini tadinya judulnya My Brother is a Public Figure, tapi diliat-liat gak cocok. Jadinya itsme ganti deh...

Ya udah, kalo gitu sekarang Ratu K-Pop 7C mau pingsan dulu setelah diberi apel beracun oleh penyihir jahat yang bernama Lee Ghin A dengan julukan 'kucing manis'. Dan akan dibangunkan oleh my prince and my lovely, Hankyung. Bye, LOP U ALL..

My Story

Genre : Romance, Friendship, Family

Main Cast : Choi Soo Young, Lee Jin Ki a.k.a Onew, Hankyung, Kim I Za (author), Lee Young-Jae

Other Cast : Lee Donghae, Kim Taeyeon, Jang Wooyoung, Im Yoon Ah, Seo Joo Hyun, Jessica Jung, Lee Soonkyu, Kim Hyo Yeon, Kim Kibum, Choi Minho, Lee Taemin, Kim Jonghyun



Kimi’s POV
Ehm.. ehm..
Aku akan memperkenalkan diri.
Hai, aku Kim I Za, biasanya sih.... dipanggil Kimi,soalnya namaku agak aneh sih! :p. Aku anak yatim–piatu. Sekarang aku tinggal bersama Soo Young onnie yang sudah mengangkatku sebagai adiknya. Ia menemukanku yang sedang ”bekerja” di sekitar pantai. Saat itu aku sudah berhenti sekolah, yah.. karena aku tak mempunyai uang untuk membayarnya. Makanya aku ”bekerja” sebagai pemungut sampah di sekitar pantai. Dan saat ini aku sudah bersekolah kembali karena uang sekolahku dibayarkan oleh Soo Young onnie dan saudara-saudaranya. Sekarang aku sudah kelas 1 SMA. Aku juga sekamar dengan Soo Young onnie karena Seohyun onnie pindah kamar ke Tiffany onnie yang tidur sendiri. Oh iya, Soo Young onnie ternyata aktris loh… dia aktris yang profesional… terbukti dari film–film ternama yang dibintangi olehnya. Sepertinya aku terlalu banyak bicara, ya sudah, kita simak saja ceritanya.

“AKU PULANG!!!” teriakku dengan keras. Sunyi.

Dimana yang lain nih??? Kok seperti tidak ada tanda – tanda kehidupan?
“Onnie… Kimi pulang!!!” teriakku sekali lagi. Ah, biarin deh! Berarti aku bisa mengobrak – abrik barang Soo Young onnie. Kan dia sering mengobrak–abrik barang – barang ku. Pikirku sambil tersenyum sinis. Aku langsung masuk ke kamar untuk menaruh tas sekolahku di kamar.

Tapi, saat aku sampai di kamar ku temukan Soo Young onnie sedang melihat–lihat foto seorang laki–laki di laptopnya, “Onnie!” panggilku, “Onnie sedang melihat apa?” tanyaku sambil mendekatinya, “Eh, K-Kimi… t-tidak ada apa–apa kok…” katanya kaget sambil menutup setengah laptopnya, “kalau onnie seperti ini, aku semakin curiga dengan onnie,” kataku curiga, “he..he..he.. onnie, sedang naksir cowok ya? Hayo… siapa?” tanya ku sambil tersenyum jahil, “T-tidak kok!” katanya membela diri.

“Oh, kalau begitu aku akan menelfon Hyo Yeon onnie agar onnie tidak tenang hidupnya karena selalu digoda oleh Hyo Yeon onnie..” kataku sambil mengambil handphone ku di blazer seragam SMA ku… “Eiiittt… JANGAN!!!” kata Soo Young onnie seraya mencoba mengambil handphone ku. Aku berkelit. “Kalau begitu beritahu foto siapa yang ada di laptop onnie,” kata ku sambil merayu agar aku mengetahui siapa laki – laki yang membuat Soo Young onnie menyimpan foto laki–laki di laptopnya.

“Oke…oke… aku akan memberitahu siapa orang itu tapi kau jangan memberitahu siapa–siapa… Setuju?” katanya agar aku mau berkompromi dengannya. Aku berfikir sebentar… “Oke! Dan kalau aku mengenal orang itu, aku akan mencoba untuk menjadi mak comblangnya… oke???” tawar ku, “Terserah…” katanya pasrah.

Perlahan – lahan dia membuka laptopnya, dan oh… aku kenal wajah itu…

Soo Young’s POV
Semakin dilihat ia semakin membuatku terpana… aku bertemu dengannya saat aku masih kelas 2 SMP, dia adalah kakak kelasku. Padahal, aku sudah mengenalnya sejak lama, dan aku juga sering bertemu dengannya… tapi mengapa baru saat ini dadaku berdebar – debar jika aku bertemu dengannya. Apa mungkin karena saat itu aku masih berpacaran dengan Donghae oppa? jadi aku tak merasakan debaran ini?

Ya ampuuun… hampir saja aku gila karenanya. Apalagi… waktu dia menolong ku saat aku mau jatuh dari tangga…


Flashback
“Seohyun!!!” panggilku, “Iya, ada apa?” tanyanya, “seohyun, temenin aku yuk…” pintaku, “Kemana?” tanyanya lagi, “Ayo antarkan aku membeli minuman…” jawabku, “Ya elah Soo Young onnie… beli minuman aja minta di temenin… ogah ah! Pergi sendiri aja gih…” katanya malas, “Yah Seohyun… kan kita lagi gak ada kegiatan…” pintaku lagi sambil memasang muka memelas, “Sekali nggak ya nggak!!!” katanya sambil agak berteriak, “Yah, ya udah deh…” kataku pura – pura sedih.

Dengan malas aku berjalan menyusuri lorong gedung KBS. Aku berlari menyusuri lorong gedung KBS. Aku berlari sampai di dekat tangga, tapi sayang… aku tak melihat tangga yang ada di depanku, dan… “AAAAAHHH……!!!” aku terjatuh dari tangga.

Tiba – tiba…
Hap!
Aku merasa ada yang menangkapku. Orang itu! Dia menangkapku dengan cepat kepelukannya. Mataku dengannya beradu pandang, saat itu hatiku berdebar–debar, dan saat itu juga aku berharap dia tak mendengar detak jantungku yang sangat kencang.

“Oh! trima kasih oppa… maaf aku menyusahkan oppa…” kataku setelah tersadar aku terlalu lama menatapnya, “Oh iya, tidak apa – apa…” katanya dengan kaget. Untung tidak ada yang melihatku. Aku cepat-cepat pamit dari situ agar dia tidak mendengar detak jantungku.
End of Flashback



Aku lupa menanyakan sedang apa ia disana, “Onnie!” aku tersentak kaget, “Onnie sedang melihat apa?” tanya seorang gadis cantik berumur 17 tahun yang sedang memakai seragam SMA sambil mendekatiku, “Eh, K-Kimi… t-tidak ada apa – apa kok…” aku langsung menutup setengah laptopku. Dia curiga dan menanyaiku tentang foto yang sedang kulihat tadi. Dia memaksaku terus dan… apa boleh buat, daripada dia mengancamku dengan memberitahu ke member yang lain, mendingan kuberitahu dia tapi dengan syarat dia tidak membocorkannya ke yang lain.

Perlahan tapi pasti, aku membuka laptopku, dan dia terlihat kaget dengan foto yang ada di laptopku.

Kimi’s POV
“Loh… inikan J-Jin Ki OPPA!!!” teriakku kaget. “Sssst… jangan teriak kencang–kencang!!!!” katanya sambil membekapku, “iya iya…” kataku sambil berusaha melepaskan bekapannya. “Bagaimana bisa kau mengenalnya? bukannya kau…” katanya terputus, “Yatim–piatu, gak punya rumah, dan kerja di pinggir pantai?” kataku meneruskan kalimatnya dengan santai, ia mengangguk hati - hati.

“Onnie, aku kenal Jin Ki oppa juga saat aku sedang memungut sampah, ia dengan tiba – tiba memanggilku dan mengajakku untuk makan bersama… aku pertamanya juga gak tau kenapa dia manggil aku. Ternyata, katanya dia kasihan melihat aku yang masih kecil udah kerja mungutin sampah. Nah… mulai saat itu dia sering mengunjungiku dan menemaniku bekerja, dan kalau di sela – sela waktu istirahatku, aku diajarinya pelajaran – pelajaran umum untuk anak seusiaku. Trus…” aku mengambil nafas. “Tunggu!!!” selanya, “memangnya kamu tidak capek habis kerja langsung belajar?” lanjutnya, aku mengambil es jeruknya dan mengambilnya, “Nggak lah kak, kalau aku memang pengen belajar, ya aku gak bakalan kerasa capek… apalagi kalau yang ngajarinnya cakep…” jawabku, “oooh… lanjut…” katanya.

“Trus, setelah beberapa bulan, aku udah gak ketemu dia lagi… mungkin sibuk kali ya? Dari pertama aku gak tau kalau dia artis, jadi aku pikir dia udah gak mau ketemu aku lagi… trus 3 bulan kemudian aku ketemu deh, sama onnie,” lanjutku. “Oh, trus kan kamu kenal sama dia, jadi kamu mau gimana?” tanyanya, “Gimana apanya?” tanyaku menggoda, “Yah… gimana caranya kamu deketin aku sama Jin Ki oppa?” tanyanya lagi, “Oh… kalo gitu anterin dong ke apartemennya, tapi sebelumnya…” kataku sengaja memotong pembicaraanku, “Sebelumnya apa?” tanyanya penasaran, “Sebelumnya beliin aku kue dulu…” pintaku, “Ya ampuuun… kukira apaan, ternyata minta dibeliin kue toh… males ah!” katanya malas, “Ya udah, kalau begitu aku juga males deketin onnie sama Jin Ki oppa,” kataku sambil berjalan keluar kamar.

“Eh! iya iya… aku bakalan beli kue itu, tapi kamu harus pikirin gimana caranya aku bisa deket sama dia… oke???” katanya sambil mencegahku keluar kamar, “Oke deh…” kataku tersenyum puas, “ya udah… gih sana beliin aku kue!” perintahku, “iya iya, sabar sebentar kenapa! Aku mau ganti baju dulu, kamu keluar dulu gih!” perintahnya balik. “Iya, tenang aja… aku gak suka sama onnie kok,” kataku, “Oh iya, onnie yang lain pada kemana?” tanyaku, “Taeyeon onnie lagi pacaran sama Wooyoung ahjusshi oppa. Yoona sama Donghae. Soonkyu onnie, Hyo Yeon onnie, dan Jessica onnie lagi mejeng di mall, katanya mo nyari pacar… dan Seo Hyun katanya mau jalan–jalan sebentar, sana cepetan keluar!!!” usirnya, “Cieee…. Yang gak punya pacar, kaciaann... deh! Ha…ha…ha…” kataku sambil berlari keluar, “YAA~” teriaknya sambil melempar bantal, “Auw!!! Sakit tau!” jeritku, “Sukurin…” ledeknya.

Soo Young’s POV
“Sukurin…” ledekku sambil mengunci pintu.

Kubuka lemariku, kuambil celana jins panjang hitam dan baju berlengan 3/4 berwarna biruku. Kuambil tas selempang kecil hitamku. Kubuka kunci pintu kamar. Kulihat Kimi sedang menonton acara Star Golden Bell. Tak sengaja kulihat wajah Jin Ki oppa di sana, dan… ada aku di sebelahnya! Oh, aku baru ingat, itu acara yang dilangsungkan 2 hari yang lalu! Terlihat di sana aku dan ia sedang mengobrol bersama.

“Onnie, onnie terlihat mesra sekali di sini! Wah… onnie terlihat seperti orang yang sedang berpacaran! Kelihatannya Jin Ki oppa senang berada di dekat onnie,” kata Kimi. Ya, di sana aku dan dia terlihat mesra, dan terlihat di sana Jin Ki oppa senang berada di dekatku. Begitu pula aku yang senang berada di dekatnya.

“O iya, mmm… Kimi, kamu jaga apartemen ya! Jangan keluar – keluar kalau aku belum datang!” pesanku sambil memakai sepatu basketku. “WHAT? Aku di suruh jaga apartemen ini? Ruangannya kan banyak banget!!! Emang aku satpam apa?!” protesnya, “Maksudku, ruangan ini doang… gimana sih? Kamu belajar di sekolah gak sih? Sudah ah, aku keluar dulu… jangan lupa kunci pintu!” kataku sambil membuka pintu, “Iya…” katanya sambil berjalan mendekati pintu.

CKLEK!
Terdengar suara pintu di kunci, aku berjalan di lorong, berjalan menuju lift.

Jinki a.k.a Onew’s POV
Dorm SHINee…
“Hyung… tolong dong, beliin bahan masakan kimchi, aku mau membuat kimchi nih!” suruh Ki Bum, aku yang sedang memandangi foto perempuan cantik di HP-ku menjawab malas, “Iya, mana uangnya?” kataku sambil bangkit dari tempat tidurku, “Pakai uang hyung dulu ya… uangku sudah habis nih!” katanya santai, “Bagaimana sih? Padahal kamu orang kaya, kan hanya memerlukan 10 – 30 ribu won saja…” aku langsung mengambil dompetku. “Ya sudah, aku keluar dulu, jaga apartemen dengan baik! Ya…” perintahku, “IYA!!” jawab member SHINee yang lain.

Hmmm… musim semi! Terlihat bunga – bunga bermekaran, mereka terlihat cantik, seperti... PEREMPUAN ITU! *Author: ya ampuun.. kayaknya kat-katanya terlalu lebay yah…. Aku memasuki supermarket yang dimasukinya. Ia... terlihat cantik sekali dengan memakai baju berlengan 3/4 dan jins hitam... ia sedang melihat – lihat bahan makanan... aku menghampirinya.

“Annyeong…” sapa ku, “Annyeong, oppa! Oppa sedang apa di sini?” tanyanya. Ia terlihat senang bertemu denganku, aku juga, “Aku sedang membeli bahan makanan untuk kimchi, kau sendiri sedang apa?” tanya ku balik, “Aku sedang membeli camilan untuk di apartemen, camilannya sudah dihabiskan oleh Yoona onnie,” jawabnya, “Kalau begitu... kita bareng – bareng saja, aku juga mau membeli camilan juga sih...” saranku dengan maksud tertentu, “Boleh...” katanya sambil tersenyum. YESSS!!! Akhirnya aku bisa bersamanya, yah... kan selama ini aku jarang bertemu dengannya.

Soo Young’s POV
Akhirnya selesai membeli kue, sekarang aku mau beli camilan ah! Kan camilannya sudah dihabiskan Soonkyu onnie sama si Kimi! Mmmm... mana ya tokonya? Ah, itu dia... Kulangkahkan kakiku menuju toko itu, tapi... Oh, tidak! Kulihat Jin Ki oppa sedang bersama seorang wanita cantik, dan orang itu adalah... SEO HYUN!!! Dia memakai baju dan celana yang sama denganku... baju itu memang kita beli bersamaan dan memang sengaja membelinya kembar, tapi tak kusangka ia akan memakainya hari ini… Memang tak salah ia memakai baju yang sama denganku, tapi kalau dia memakai itu hanya untuk berbelanja dengan Jin Ki oppa, aku tak rela! Memang aku bukan siapa-siapa Jin Ki oppa, tapi sebelum Kimi tahu, ia sudah terlebih dahulu mengetahui kalau aku menyukai Jin Ki oppa…

Tak terasa, air mataku perlahan - lahan turun membasahi wajahku… kulihat Jin Ki oppa tersenyum mesra ke Seo Hyun, dan Seo Hyun terlihat senang sekali… langsung saja ku balikkan badanku aku tak mau mereka berdua melihatku yang sedang menangis karena melihat mereka, tapi Seo Hyun terlanjur melihatku. Langsung saja aku berlari menuju apartemen. Tak kuhiraukan panggilan Seo Hyun. Aku tak menyangka Seo Hyun bisa berbuat seperti ini kepadaku…

****

Seo Hyun’s POV
Ah… enaknya jalan – jalan siang, sekarang… kemana ya enaknya??? Eh ada supermarket, hmmm… beli camilan ah untuk Soo Young onnie, kan camilannya sudah dimakan habis oleh Soonkyu onnie juga Kimi.

“Annyeong…” sapa seseorang, “Annyeong,” sapaku sambil membalikkan badan. Oh, Jin Ki oppa… “Oppa sedang apa di sini?” tanyaku, “Aku sedang membeli bahan makanan untuk kimchi, kau sendiri sedang apa?” tanyanya balik, “Aku sedang membeli camilan untuk di apartemen, camilannya sudah dihabiskan oleh Soonkyu onnie,” jawabku, “Kalau begitu... kita bareng – bareng saja, aku juga mau membeli camilan juga sih...” katanya, “Boleh...” kataku sambil tersenyum.

Kuambil berbagai macam makanan kesukaan Soo Young onnie, saat aku sedang menyerahkan belanjaanku ke kasir, kulihat Soo Young onnie sedang memperhatikanku dan Jin Ki oppa. Raut wajahnya seperti sedang…MARAH! Pasti dia melihatku sedang berbelanja bareng dengan Jin Ki oppa. Aduuuh… dasar Seo Hyun BODOH! Kau kan tahu Soo Young onnie menyukai Jin Ki oppa, kenapa kau yang sedang berbelanja bersama Jin Ki oppa malah dilihat oleh Soo Young onnie??? Dasar BODOH!!!

Setelah membayar, aku segera berlari keluar. “SOO YOUNG ONNIE!” panggilku, dia menghiraukannya. Kurasa dia sudah salah paham atas apa yang dia lihat hari ini, kukejar dia sambil membawa belanjaan yang syukurlah tidak terlalu berat. “Seo Hyun!” Jin Ki oppa memanggilku, aku tak menanggapi panggilannya. Kubiarkan ia memanggilku, yang kupikirkan sekarang adalah bagaimana cara menjelaskan ini semua kepada Soo Young onnie.

Jinki a.k.a Onew’s POV
Aku senang sekali ia mau berbelanja bareng denganku. Setelah membayar di kasir, tiba – tiba ia berlari keluar supermarket. “… ONNIE!” teriaknya, aku tak terlalu dengar siapa yang dia panggil karena terganggu dengan suara motor. Ia lalu mengejar orang yang ia panggil itu, aku seperti pernah melihat orang itu, tapi dimana ya..? Ah… sudahlah, kau tidak usah memikirkan itu cepat panggil dia!!
“Seo Hyun!” kupanggil dia, dia menghiraukannya. Kupanggil dia terus sampai dia tak terlihat. Ya sudahlah, nanti kalau aku bertemu dengannya lagi akan kutanyakan alasannya berlari mengejar perempuan itu…

Kuambil HP-ku, kulihat wallpapernya. Perempuan cantik… dimanakah kau sekarang? Aku terus memikirkanmu semenjak aku melihatmu yang sedang makan siang dengan temanmu juga teman sekelasku saat di kantin, kau memang anak yang pandai bergaul… terbukti dengan kau bisa akrab dengan teman sekelasku dalam 3 bulan... kapan aku bisa seperti itu juga denganmu? *Reader: ya ampunn... bisa gak sih gak usah lebay kata-katanya? Jin Ki: Maaf-maaf, abis yang author-nya lebay juga sih....

Soo Young’s POV
BRAKK!!
Pintu kamar kututup dengan kencang dan kukunci. Kuhempaskan tubuhku ke tempat tidur. Kupukul bantal. Kubanting bantal-bantal yang ada di sekitarku.
“Onnie maaf, aku tadi tak sengaja bertemu dengannya… lalu dia mengajakku berbelanja bersama… tolong maafin aku, aku tidak sengaja!!” seru Seo Hyun dari luar. Aku diam. Menangis. Membasahi bantal.

Kenapa Seo Hyun tega?! Padahal ia tahu kalau aku menyukai Jin Ki oppa. Kenapa ia jadi seperti ini?

”Onnie, maafkan aku...” kudengar langkah kaki Seo Hyun menjauh dari kamarku. Aku tak tahu harus bersikap bagaimana dengan Seo Hyun, aku menyayanginya, tapi dia sudah mengkhianatiku.

Tok! Tok! Tok!

”Onnie, ini aku, Kimi... tolong bukakan pintunya,”

Kubuka kunci pintu dan kuhempaskan lagi badan ku di tempat tidur.

”Onnie, tolong maafkan Seo Hyun onnie.. Aku sudah mendengar penjelasannya, dan aku yakin ia tidak berbohong,”

”Apa kau yakin?”

”Yap! Aku yakin 100%, malah 1000%!”

”......”

”Jadi....bagaimana?”

”Mmm... sekarang dia ada dimana?”

”Di kamar, sedang menangis.”

Aku bangun dari tempat tidur dan menuju kamar Seo Hyun.

Tok! Tok!

”Buka saja, tidak dikunci...”
Aku masuk perlahan-lahan. ”Hiks...Hiks...” kudengar sesenggukannya.

”Seo Hyun,” kupegang bahunya. ”Onnie,” ia berbalik menatapku. Wajahnya basah oleh air matanya. ”Onnie maafkan aku,,, aku benar-benar tidak sengaja...”

”Iya, aku tau... maafkan aku juga yang langsung marah padamu sebelum mendengar penjelasanmu ya..”

”Jadi, onnie memaafkanku?”

Aku mengangguk.

”Terima kasih onnie... Boleh aku memeluk onnie?”

Ku buka tanganku lebar untuk menyambut pelukannya. Ia memelukku dengan lembut.

”Trima kasih, onnie”

”Iya,”

Aku melepaskan pelukanku. ”Sudah, jangan menangis lagi..” ku usap air mata yang masih terus mengalir setitik demi setitik.

****

Jin Ki a.k.a Onew’s POV
”Aku pulang..!” seruku sambil berjalan menuju dapur. Kulihat Minho sedang sibuk dengan tumpukan buku komiknya. Key dan Taemin sedang menonton TV. Jonghyun sedang sibuk repliy UFO dari fansnya. ”WOY! Leader udah pulang nih!” teriak ku kesal karna daritadi salamku aku tidak disambut dengan baik.

”Oh, Oppa Hyung! Sudah pulang? Bagaimana tadi saat belanja?” tanya Key sok manis.

”Yah, seperti biasa... tapi aku bertemu dengan kakak kelasnya Taemin tadi,” aku menaruh barang belanjaan di atas meja.

”Siapa hyung? Laki-laki atau perempuan?” Taemin yang sedari tadi sibuk menonton TV menghampiriku sambil membantuku mengeluuarkan barang belanjaan dari kantong plastik.

”Perempuan, si........” aku mencoba mengingat namanya. ”Oh iya! Si Seohyun..”

”OMO! Jinca?!” *bagi yang gak tau, Jinca itu artinya benarkah.

”Ya, tadi dia sedang berbelanja. Lalu aku menghampirinya dan mengajaknya berbelanja bersama. Tapi tiba-tiba dia pergi meninggalkan ku dan mengejar seorang perempuan, mungkin itu kakaknya, sebab tadi dia memanggilnya ’onnie’”

”Oooh...”

~~~~

Kimi’s POV
KRIIIING!!!!

Jam beker berdering dengan sangat nyaring. ”Mmmhh...” dengan malas aku mencoba mengumpulkan rohku merenggangkan otot-otot ku lalu bangun dari tempat tidur. Kulihat jam beker. Sudah jam tujuh. Kuambil handuk dan segera masuk kamar mandi.

”Sowaneul maraebhwa... I’m Genie for you boy...
Sowaneul maraebhwa... I’m Genie for your wish...
Sowaneul maraebhwa... I’m Genie for your dream...
Naege ma maraebhwa... I’m Genie for your world...” kunyanyikan lagu idolaku, NoonaShiDae *terinspirasi dari acar Sang-Sang Plus.

Selesai mandi, kuambil seragam sailor berwarna biru-putihku. Sekarang hari Rabu. Aku sangat mencintai hari Rabu. Jika ditanya kenapa aku menyukai hari Rabu, selain seragamnya yang (menurutku) sangat bagus, di hari Rabu aku bisa bertemu dengan orang yang ku cinta suka. Kalau ditanya (lagi) kapan aku dapat bertemu dengannya, aku bisa bertemu dengannya saat olahraga. Di sekolahku, pelajaran olahraganya menggabungkan 2 kelas. Kelas 10 dengan kelas 11. Kebetulan kelas’nya’ itu kelas 10-5, jadi kelasku dengannya digabung. Tapi, ini hanya berlaku bagi kelas 10 dan 11.

”Onnie,,Onnie... bangun, sudah jam setengah delapan,” kugoyang-goyangkan badan Soo Young onnie.

”Mmmhh... Kimi, kenapa kau sudah rapi?” Soo Young onnie mengucek-ngucek *author:maaf kata-katanya ndeso...* matanya.

”Iya dong, Kimi gitu loh...” kataku bangga. ”sudah... mandi sana! Onnie hari ini kuliahkan pagikan? Nih!” kulemparkan handuk ke Soo Young onnie yang setengah mati tidur.

”Iya, iya... sana gih, buatin sarapan!”

”OK!” kataku sambil kubuat lingkaran dengan jempol dan jari telunjukku.

****

”Ini, On..” kuberikan mentega ke Yoona onnie.

”Jadi... sekarang siapa yang mau berangkat sekolah atau kuliah pagi?” tanya Soo Young onnie sambil memakan rotinya.

Aku, Yoona onnie, Taeyeon onnie, Soonkyu onnie, Hyo Yeon onnie, Jessica onnie, dan Seo Hyun onnie menunjuk Soo Young onnie.

”Hmm... maksudku selain aku! Siapa?” tanya Soo Young onnie tidak sabaran.

Aku, Taeyeon onnie, Jessica onnie, Yoona onnie, dan Seo Hyun mengangkat tangan tidak peduli.

”Ya sudah, yang mau berangkat cepetan. Aku udah mau berangkat.” Soo Young onnie berlari kecil menaiki tangga.

Soo Young’s POV
Kubuka pintu kamarku. Kuambil tas gemblokku yang berwarna biru. Kuambil HP-ku yang ada diatas meja belajar. Aku keluar, menutup pintu, dan turun menemui yang lain.’

”Hey, kau tidak mau kuantar?” tanyaku pada Taeyeon onnie, yahh... sebenarnya sih kata-kataku tadi termasuk tidak sopan karena memanggil yang lebih tua dengan sebutan ’kau’, tapi karena memang sudah terbiasa jadi... ya kupanggil seprti itu *toh, orangnya tidak marah ini..’.

”Tidak, nanti Wooyoung oppa yang mengantarku. Kebetulan dia ada kuliah pagi.”

”Oooh... kalau begitu aku berangkat ya! Eh, tapi hati-hati dengannya jangan sampai kau di’apa-apa’kan olehnya ya..” kataku perhatian.

”Hahahahaha... Soo Young ku sayang, Wooyoung oppa tidak akan begitu denganku. Aku yakin!” katanya sambil mengepalkan tangannya.

”Iya, tapi kau hati-hati saja dengannya.” jawabku tak suka. Entah mengapa sejak aku bertemu dengan Wooyoung ’oppa’ aku merasa tidak suka dengannya.

****

Kulihat onnie-onnie dan dongsaeng-dongsaengku telah ada di dalam mobil. Saat aku membuka pintu mobil, kulihat Wooyoung datang dengan motornya yang memang lumayan keren.

”Soo Young, Taeyeon mana?” tanyanya.

”Taeyeon onnie!!!! Sopirnya sudah datang tuh!” jawabku sekenanya.

”Wah Soo Young, kau tega sekali sih memanggilnya dengan panggilan ’sopir’...” protes Taeyeon onnie yang sudah ada di depan pintu.

”Habis... semenjak kau pacaran dengannya, kami jarang jalan-jalan bersamamu sih! Ya, kan?” tanyaku pada orang-orang yang ada di dalam mobil. Mereka mengangguk-anggukan kepala mereka sambil tetap menonton ’drama’ yang terjadi di lur mobil.

”Oke dongsaeng yaeppo-ku, nanti hari minggu kita akan jalan-jalan bersama yang lain,”

”Hmm.. janji ya?” tanyaku tidak percaya.

”Iya...”

”Kalau begitu baiklah,” kubuka pintu mobil.

Tiba-tiba datang seorang laki-laki dengan memakai motor.

”Siapa kau?” tanyaku seenaknya.

Laki-laki itu membuka helmnya.

”Donghae!” Yoona berteriak sambil keluar dari mobil. ”Hai, kau baru pulang? Kenapa tidak memberitahuku terlebih dahulu?”

”Kemarin. Maaf, aku tidak sempat memberitahumu. Tapi aku langsung bertemu denganmu kan?” jawab laki-laki yang bernama Donghae itu.

”Ooo.. Onnie, aku tidak jadi pergi denganmu ya. Aku ada yang jemput..” kata Yoona sambil melirik Donghae.

”Baik, tapi jangan sampai ia berbuat yang ’macam-macam’ denganmu, ya!” kataku sambil menatap tajam Donghae.

”Tenang saja onnie, percaya padaku!” kata Yoona sambil mengacungkan jempolnya.

Aku menghela nafas. ”Wooyoung! Donghae! Jangan sampai kau berbuat macam-macam dengan Taeyeon dan Yoona, atau tidak...” kuacungkan kepalan tanganku. Kedua orang itu hanya mengacungkan jempol mereka.

”Aku pergi dulu ya, On!” pamit Yoona.

”Aku juga ya,” pamit Taeyeon.

”IYA!!!” jawabku dengan yang lain (baca: yang ada di dalam mobil).

Kubuka pintu mobil, kujalankan mobil. Aku yang mengendarai mobil karena memang hanya aku dan Hyo Yeon yang bisa. Sedangkan yang lainnya hanya bisa mengendarai motor.

Yoona’s POV
”Yoon, noona-mu itu overprotective banget ya...” tiba-tiba Donghae bertanya kepadaku.

”Ha? Soo Young onnie? Nggak tuh! Malah dia biasa aja kalau aku jalan sama cowok.”

”Iya, yang tadi ngebawa mobil. Itu onnie-mu kan?”

”Ohh... itu mah saudaraku. Sebenernya aku sama dia sama umurnya. Tapi karena dia lebih dewasa daripada aku. Jadi... aku panggil dia onnie.”

”Keliatannya dia gak suka banget kalo aku deket-deket sama kamu.”

”Sebenernya dia sih baik banget! Tapi karena dia pernah ada masalah sama cowok, jadi dia kayak gitu..”

”Ooo...”

Taeyeon’s POV
”Taeng, si Soo Young masih belum bisa ngilangin ke-traumaannya sama cowok ya?”

”Sebenernya sih udah, terbukti dengan dia udah suka sama cowok lagi.”

”Trus kenapa masih benci aja sama aku?”

”Gak tau deh! Mungkin suatu saat nanti dia gak benci lagi sama kamu.”

”Yah... SEMOGA!”

Soo Young’s POV
”Hati-hati di jalan ya on,” pamit Kimi sambil berjalan menuju gerbang sekolahnya.

”Iya, belajar yang bener ya..” kata-kataku yang seperti Ahjumma membuat Kimi tertawa.

”Iya, Ahjumma”Aku tersenyum.

Setelah tidak melihatnya lagi aku menghidupkan mesin mobilku dan segera menuju kampusku.

****

Setelah selesai kuliah, sedang asyik-asyiknya dengerin lagu SHINee, tiba-tiba ada motor yang menyerempet mobilku.


”YA~!!” teriakku kesal.

Motor itu berhenti cukup jauh dari mobilku. Kuhampiri orang yang mengendarai motor itu.

”YA~! Kalau mengendarai motor hati-hati dong! Liat tuh mobilku jadi lecet. Gantiin!” teriakku didepannya.

Orang itu membuka helm-nya.

”OMO! Hankyung oppa?!”

”Soo Young-ssi?!” dia terlihat kaget. Aku juga.

”B-bagaimana kau bisa disini?” tanyanya heran.

”....” aku tak menjawab. Aku mundur beberapa langkah. Saat sudah yakin, aku segera berlari menuju mobil untuk menyalakan mesin agar aku bisa segera pergi dari tempat ini.

”Soo...Soo Young! Yaa~!” panggilnya. Aku tak menghiraukan. Kudengar tapakan kakinya. Kelihatannya ia mengejarku.

”HEY SOO YOUNG! SEBENTAR, AKU MAU BICARA!”

Aku tetap berlari.

”SOO YOUNG! JAGIYA!”

Mendengar kata ’jagiya’ aku langsung berhenti. Kedengarannya ia mulai mendekatiku.

”Soo Young,” panggilnya pelan sambil menggapai tanganku. Ku-elak.

”Soo Young maafkan aku, tolong maafkan aku...”

”......”

”Aku tau aku salah karena sudah selingkuh dengan sahabatmu, Yuri. Tapi aku minta maaf, aku mau mengulangnya lagi dari awal.”

”Aku sudah memaafkanmu, tapi aku tak bisa menerimamu lagi.”

”T-tapi, kenapa? Masih belum terlambat untuk menjadi pacarmu lagikan?”

”Terlambat..”

”????”

”Kau sudah terlambat, aku sudah mempunyai pacar yang lebih baik darimu.”

”S-siapa itu?”

”Jin Ki, atau biasa dipanggil Onew.”

”O-Onew SHINee?”

”Ya, jadi kau sudah taukan kalau kau sudah terlambat?”

”T-tapi... sejak kapan?”

”3 bulan setelah kau memutuskanku, aku bertemu dengannya di ’Star Golden Bell’. Disitu aku mulai berkenalan dengannya dan menjalin hubungan dengannya. Saat ini hubunganku masih dirahasiakan, tapi suatu saat media akan tau.”

Sesaat Hankyung diam, kutebak ia sedang berfikir kalimat apalagi yang akan ia lontarkan.

”Kau bohongkan?”

Aku diam. Mencari kata untuk melawannya.

”T-TIDAK!!”

”Benarkah?” selidik Hankyung.

Aku berbalik menatapnya. ”KALAU TIDAK PERCAYA, AKAN KUKENALKAN KAU NANTI!! SEKARANG PERGI!!” Aku menutup mulutku. Tidak percaya akan omonganku tadi.

”Hmm.. baik, kalau itu maumu...” katanya lemas. Aku bernafas lega. ”Tapi...kau harus menepati omonganmu tadi. Kau harus mengenalkan ia padaku.” katanya sambil pergi dari tempatku yang masih tidak percaya dengan omonganku tadi.

Ya ampun, bagaimana ini?? Aku kan belum berpacaran dengannya...
Aku menghidupkan mesin mobil dan membawa pergi mobilku dari tempat ini.

~~~~

Aduuh... bagaimana ini! Apa aku harus menanyakan padanya apa ia mau menjadi pacarku?
Aku yang sudah ada di depan pintu apartemen SHINee merasa deg-degan karena bingung bagaimana menyampaikan ini.

Tiba-tiba pintu yang ada dihadapanku terbuka...
”Soo Young noona? Ada apa?” Taemin bertanya seraya menaruh kantung sampah di samping pintu.

”eh, e... a-aku mau bertemu dengan Jin Ki oppa..” aku menarik nafas. ”d-dia, ada..?” tanyaku gugup.

”Ada, silakan masuk noona..” Taemin yang cute itu mempersilahkan aku masuk. Kulihat Jonghyun sedang makan kimchi. Key sedang menonton TV. Dan Minho sedang tenggelam dengan setumpuk buku komiknya. Dimana Jin Ki?

”Sebentar ya noona, aku panggilkan Jin Ki hyung dulu..” katanya seraya masuk ke dalam kamar yang kutebak itu adalah kamar mereka.

”Soo Young-ssi, ada apa?” kulihat Jin Ki keluar dari kamar dengan memakai kaus putih dan celana pendek. ”Mmm... sebaiknya kita berbicara di luar saja..” pintaku. ”Hmm.. kalau begitu aku berganti baju dulu ya,”

”Oh, iya..”

Beberapa saat kemudian,
”Ayo..” kulihat Jin Ki memakai kaus biru dan celana jins. ”A-ayo..”

Kubawa ia ke basement. Sepertinya sepi.

”Kita mau kemana Soo Young-ssi?”

”Mmm.. Jin Ki oppa, sebelumnya aku minta maaf tiba-tiba berkata seperti ini.” aku menahan sebentar omonganku. ”Oppa... apa kau mau menjadi...pacarku?” tanyaku ragu. Kulihat raut wajahnya seperti kaget. Aku menundukkan kepalaku dalam-dalam. Aku tak mau ia melihat wajahku yang memerah seperti buah tomat.

”W-wae?”

”Oh, tak mau ya? Ya s-sudah t-tak apa..” kataku kecewa. Aku berbalik untuk segera meninggalkan tempat ini. ”Annyeong oppa..”

”S-siapa yang bilang tidak mau?”

Aku kaget. B-berarti dia...

”A-aku mau kok..”

”OMONA! Jinca?” aku berbalik dan berlari ke hadapannya. Ia mengangguk. Aku langsung memberikan senyuman ku yang paling manis, dan memeluknya. Sekali lagi ia kaget atas perlakuanku. ”Gomawo oppa..”

”Nae, gwenchanayo~”

Kulepaskan pelukanku. Kulihat jam tanganku. OMO! Jam setengah 5? Padahal, aku sudah janji untuk menjemput Kimi di sekolahnya. Bagaimana ini?

”Engg... oppa, aku pergi dulu ya, mau menjemput dongsaeng-ku dulu..”

”I-iya.”

Kucium pipinya. ”Annyeong oppa~”

”A-Annyeong~”

Aku berlari sambil sesekali melihat ke belakang. Kulihat Jin Ki oppa memegang pipinya. Aku sebenarnya malu melakukan itu. Tapi.... aku yang punya sifat terlalu lebay, NEKAT melakukannya. Toh... kita sudah pacaran. Aku berlari menjauhinya sambil tersenyum.

****

Kimi’s POV
”Aduuh... onnie kemana sih? Mana lupa bawa HP lagi..” aku melihat jam tangan biruku.

”Annyeong Kimi,” seorang laki-laki yang mengendarai sepeda gunung –yang kuinginkan dari dulu- menyapaku.

”Oh, hai oppa. Ada apa?”

”Kenapa kau belum pulang?”

”Onnie-ku belum menjemputku.” jawabku lemas. ”Oppa... antar aku pulang yah..??” aku memasang tampang memelas.

”Hmm.. bagaimana ya?” ia memasang tampang berfikir.

”Ayolah oppa... nanti aku belikan coklat deh!” rayuku.

”Jinca? Kalau begitu ayo naik!”

”Beneran nih? Oppa tidak bohongkan?” tanyaku ragu.

”Anio~ Aku tidak akan bohong, apalagi kalau diberi imbalan coklat..” ia tersenyum.

”Kalau begitu terima kasih oppa..” aku menaiki sepedanya. Aku naik diatas jalu sepedanya.


TBC







Annyeong haseyo... Ratu K-Pop 7C sudah bangkit dari kematiannya tidurnya karena sudah dibangunkan oleh pangeranku..Nichkhun ’di atas’.. hehehe..garing ya? kalo garing, nanti aku masak lagi deh, tapi yang lembek... *apasi?abaikan.. Yang pasti itsme kangen banget ama anak-anak celemotaners =’(

Gimana ceritanya? Geje banget ya? Gak seru banget ya? Maaf deh, namanya juga baru bikin fanfic..

Oh iya, sebenernya ini mau saya jadikan Oneshoot, tapi dikarenakan kapasitas cerita yang tak cukup untuk dijadikan Oneshoot, saya memikirkannya sekali lagi dan akhirnya jadilah Twoshoot *halah bahasa gw*.

Oke deh.. langsung to the point aja, aku mau kalian mengkomen ceritaku. Ada kritik, protes, saran, bisa komen disini ato ngomong langsung di sekolah. Oh iya, aku juga mau minta ide kalian cerita selanjutnya mau diapain si couple Soo Young-Jin Ki. OK?

Maaf banget buat para istri dan pacarnya Jin Ki, Wooyoung, and Donghae.. *bow* (eh, nggak deng! kan aku pacar mereka semua). itsme juga mau kalian ngasih saran buat judul ff.a itsme...

Minggu, 19 September 2010

Dear Celemotanners

Princeca mau dong dibikinin FF pake nama princeca,,
Please ya...
Hehe
Thankyou
By The Way..
Ni FF bikinan Helda Eleanora onnie...
Gw cuman naro buat rame-ramein doang..
Okayy?!

Tittle : Bracelet Chapter 3
Post by : Princeca
Genre : Horor


Kibum melakukan gerak-gerakan sesuai instruksi yang ia dapat sebagai konsep pemotretan.
Walau banyak mata yang menatapnya tapi Kibum dapat melakukan gerakan dengan santai tanpa rasa tegang.
Tapi saat memasuki sesi ke-5, perasaan Kibum tiba-tiba menjadi resah tanpa sebab.
Semua mata masih memperhatikannya, tapi ia seperti diawasi oleh sesuatu dan itu membuatnya tak nyaman.
Diantara gerakannya, Kibum memutar mata memperhatikan para kru di hadapannya. Tak ada yang aneh dan bukan orang-orang di hadapannya yang membuatnya resah.
“Kibumssi, coba lihat ke atas seolah kamu sedang menggagumi langit yang cerah…” pinta si pengarah gaya.
“Ya…” Kibum segera merubah posisinya dan….

Kibum tiba-tiba terperajat kaget saat matanya mengarah ke lantai dua. Seorang wanita berambut panjang dan bergaun putih sedang menatapnya dengan tatapan datar dan kosong, wajah wanita itu terlihat pucat dan sedikit kehitaman.
“Kibumssi…?!” Si pengarah gaya memanggil Kibum.
Namun Kibum masih tercengang dan beradu pandang dengan sosok itu. Detak jantung Kibum serasa berhenti, saat merasakan sorot mata sosok itu. Sorot mata yang serasa sedamg menguasai tubuh Kibum.

“Kibum..?!!” Akhirnya asisten Kibum menghampiri Kibum yang terlihat aneh.
“Kibum..?!!”
“Ya..?!!” Kibum sadar dan segera mengalihkan pandangannya.
“Ada apa?” tanya asistennya.
“Tida ada apa-apa, maaf…” kata Kibum seraya membungkuk pada semua.
Ia berusaha menyusun kembali konsentrasinya, sekilas ia melirik ke arah lantai dua, tapi wanita itu tak lagi berada di sana.

*******

“Terima kasih untuk hari ini..” Kibum membungkuk untuk berpamitan pada kru. Ditemani oleh asisten dan manajernya Kibum pergi meninggalkan studio dan menuju ke lokasi syutingnya.
“Hyung, aku mau tidur sebentar..” kata Kibum begitu berada dalam mobil.
“Ok, istirahatlah…” jawab sang manager.

Kibum menyandarkan punggungnya di kursi lalu memperhatikan gelang di tangannya.
Ingatannya tiba-tiba kembali pada gelang yang Onew temukan di kantong makanan dan sosok wanita di lantai dua tadi.
Ia tak yakin, penglihatannya itu nyata atau hanya sekedar halusinasi.
“Tidak mungkin…” desah Kibum sambil menggeleng mencoba tak percaya pada surat konyol itu.
Kibum mengangkat tangannya dan memperhatikan gelang kayu itu.
Gelang di tangannya terlihat mirip dengan gelang di kantong makanan itu.
Tapi bagaimana mungkin gelang itu bisa berada di tangannya.
Terakhir ia ingat, gelang itu dipakai oleh Leeteuk dan sejak hari itu ia belum bertemu lagi dengan Leeteuk atau temannya yang lain.
“Hyung, handphone mana?” tanya Kibum, ia ingin bertanya pada Leeteuk, apa ini salah satu lelucon yang Leeteuk lakukan.
“Di kursi belakang, di dalam tas ranselmu..” jawab manajernya yang duduk di kursi depan.
“Di belakang…” Kibum berbalik dan….

“ARGHH!!!!” Jerit Kibum spontan melonjak dari tempat duduknya hingga ia terjatuh.
“Ada apa?!!” kaget manajernya sedangkan asistennya yanng sedang mengemudi tiba-tiba menginjak rem mendadak.
Kibum tak menjawab, matanya masih menatap ke kursi belakang dimana seorang anak laki-laki sedanng menyeringai ke arahnya. Kibum memicingkan matanya berusaha menyakini bahwa sesuatu yang mengalir dari dada anak laki-laki itu adalah darah.
Anak laki-laki itu tersenyum sinis pada Kibum, bagai mengejek ketakutan Kibum. Dari Kibum mata anak itu lalu mengarah pada gelang di tangan Kibum. Senyum anak itu lenyap, ekspresinya berubah menjadi datar dan sekilas tampak sedih.

“Kibum, kamu tidak apa-apa kan??!!” sang manajer menepuk pundak Kibum.
“Hyung…” Bisik Kibum berusaha memberi isyarat dengan matanya agar manajernya melihat ke kursi belakang.
“Ada apa??” Heran manajernya karena ia tak melihat sesuatu yang aneh kecuali beberapa pakaian dan beberapa kantong makanan ringan di kursi balakang.
Kibum kembali melihat kursi belakang, anak laki-laki itu telah menghilang.
Dengan cepat Kibum meraih tasnya dan mengambil HP-nya di dalam tasnya.
“Kibum, kamu yakin tidak apa-apa?” cemas manajernya karena melihat tingkah Kibum yang aneh.
Kibum hanya mengangguk dan segera menelpon Leeteuk, raut wajahnya masih tegang dan ketakuan. Penglihatannya tadi sangat mengerikan.
Darah segar mengalir dengan deras dari jantung anak itu, tapi ia sama sekali tak terlihat kesakitan.
“Aisshh…kenapa tidak aktif?!!” gerutu Kibum kesal.
“Ah…” Kibum ingat, disaat sedang bekerja Leeteuk selalu mematikan HP-nya.
Akhirnya ia memutuskan hanya mengirimkan sebuah SMS pada Leeteuk dan berharap ia segera mengetahui apa yang sebenarnya sedang terjadi.

****

Onew mambanting HP-nya ke sofa, ia hampir putus asa mencari keberadaan Taemin yang masih menghilang tanpa kabar. Ia tak bisa terus menutupi tentang hal ini dari manajer dan manajemennya.
“Sebenarnya ke mana anak itu, pergi tidak membawa HP juga tak meninggalkan pesan..” terdengar suara Jonghyun menghampiri Onew di sofa.
“Hyung, gelang itu tak ada di bawah kulkas..” Minho dan Key ikut bergabung dengan Onew dan Jonghyun, mereka berdua baru mencari gelang itu.
“Padahal malam itu aku yakin Taemin membuang ke arah sana tapi kenapa tidak ada apapun di sana..” heran Minho.
“Tidak mungkinkan Taemin mengambilnya lagi lalu pergi..” ujar Key mereka-reka.
“Kalau sampai nanti malam Taemin belum pulang, kita harus jujur ke manajer, kalau tidak nanti bisa gawat..” saran Jonghyun.
Onew hanya menghela napas.
“Hyung, bagaimana kalau tentang gelang itu benar..” tanya Minho was-was.
Ketiga temannya melihat Minho, semuanya terdiam dan makin merasa cemas.

*****

Kibum sedang tertidur di salah satu ruangan di lokasi syuting. Ia kelelahan dan akhirnya tertidur karena menunggu syuting yang ternyata diundur karena lokasi syuring sedang diguyur hujan.
Tidur Kibum perlahan terusik oleh sesuatu yang menggelitik tangannya.
Ia merasakan sebuah sentuhan lembut menyentuh tangannya dan menarik-narik pelan gelang yang ia pakai.
Perlahan Kibum membuka matanya.

DEG!!!
“ARRGGHH!!!” jerit Kibum karena di depannya tampak sesosok wajah pucat sedang tersenyum sambil memainkan gelang di pergelangan tangan Kibum.
Kibum melonjak menghindar hingga ia jatuh dari kursi yang ia pakai untuk tidur.
“Ka..kamu…!?!” Kibum merasa ngeri melihat sosok itu.
Sesosok wanita dengan dandanan kuno, ia memakai hanbok yang lusuh dan terdapat bercak-bercak darah yang telah mengering. Rambut wanita itu terurai begitu saja hingga sebagian menutupi wajah pucatnya.
Sorot mata sosok itu tajam dan menyeramkan membuat Kibum makin ketakutan.
Perlahan sosok itu berdiri, Kibum berusaha mundur menjauhinya dan…..sosok itu melayang di hadapan Kibum.
Jantung Kibum berdebar kencang, ia ingin lari tapi tubuhnya membatu tak bergerak, ia ingin berteriak tapi suaranya tertahan di tenggorokkan.
Sosok itu perlahan berbalik dan menjauhi Kibum, ia pergi begitu saja dengan menembus tembok.

Kibum yang tercekat kaku perlahan mendapat kesadarannya lagi, ia dapat bernapas lega karena ternyata sosok itu tak melakukan sesuatu yang buruk padanya.
“Ini pasti karena gelang ini..” Kibum bicara sendiri, ia mulai frustasi dengan semua penampakan yang ia lihat hari ini. Tanpa pikir panjang lagi ia langsung menarik kasar gelang itu agar keluar dari pergelangannya.

“Uh!!” Akhirnya Kibum berhasil mmengeluarkan gelang itu.
Ia segera menuju ke cendela dan melempar gelang itu sejauh mungkin.
“Semoga tidak lagi..”harap Kibum lalu menutup rapat cendelanya.

*****

Leeteuk baru saja keluar dari ruang meeting setelah melakukan rapat tentang jadwal kerjanya.
“Hi oppa…” sapa Yoona dari belakang.
“Hi…” balas Leeteuk, ia berhenti dan menunggu para member SNSD menghampirinya.
“Kalian baru datang?” tanya Leeteuk sambil tersenyum seperti biasa.
“Iya, yang lain sudah datang?” tanya Hyoyeon karena merasa mereka datang terlambat.
“Sepertinya hanya Shindong yang tak datang, malam ini dia harus siaran kdi MBC…” terang Leeteuk sambil merogoh HP-nya di saku, ia kembali mengaktifkan HP-nya yang ia matikan.
Mereka semua beriringan menuju ruang latihan.

“Hey kalian terlambat..!!”seru Victoria saat melihat para member SNSD masuk.
“Maaf kami terlambat..” ucap member SNSD karena semua member SM TOWN telah berkumpul.
Mereka belum memulai latihan karena itu grup tari dan grup menyanyi masih berkumpul bersama.
“Pip..pip…!!” sebuah SMS masuk ke HP Leeteuk.

“Taemin mana?” tanya Hyoyeon mencari patner dancenya.
Minho hanya angkat bahu.
“Belum ada kabar..” jawab Onew.
Leeteuk tiba-tiba menghampiri member Shinee dengan ekspresi serius.
“Onew, katamu Taemin memakai gelang itu kan, tapi sepertinya Kibum juga mendapatkan gelang itu..?!” tanya Leeteuk setelah membaca SMS dari Kibum.
“Apa mungkin orang itu mengirim gelang itu ke beberapa oranng diantara kita..?” tebak Eunhyuk.
“Atau mungkin Taemin dan Kibum oppa dapat gelang itu karena orang itu fans mereka..” saut Luna.
Leeteuk menggeleng pelan, ia tak sependapat dengan Eunhyuk dan Luna karena dalam SMS Kibum menyebutkan, ia dapat melihat sosok-sosok lain setelah memakai gelang itu dan hal itu sama seperti isi surat yang mereka dapat.

“Memangnya gelang itu seperti apa sich?” tanya Taeyeon penasaran karena dia bukan kelompok dance sehingga tak tau tentang masalah gelang itu.
“Seperti apa ya..?” Donghae mengingat-ingat.
“Pokoknya bentuk gelangnya unik walau agak aneh..” terang Yuri, Jessica mengangguk membenarkan.
“Ah, seperti itu…gelangnya mirip seperti itu…” seru Jessica sambil menunjuk pergelangan tangan Sooyoung.
Semua mata spontan melihat tangan Sooyoung tak terkecuali si pemilik tangan. Sooyoung tampak terkejut menyadari ada sebuah gelang melingkar di tangannya, gelang yang tak pernah ia pakai.
“Kenapa gelang ini bisa di sini?!!” heran Sooyoung sambil mengangkat tangan kirinya, dimana sebuah gelang kayu melingkar disana.

“It..itu gelang yang kemarin!!” seru Leeteuk mengenali gelang di tangan Sooyoung, gelang yang sama yang pernah ia pakai saat ditantang oleh Sooyoung.
“Aku..benar-benar…tidak tahu sejak kapan gelang ini ada di tanganku..” kata Sooyoung masih tak percaya gelang itu di tangannya.
Semua terdiam dan mulai merasa yakin bahwa isi surat itu adalah benar.

Bersambung…

Senin, 13 September 2010

Forgotten chapter 2

Chapter 2 kawan-kawan. Baca ye..

Title: Forgotten

Sub: The New Beggining

Cast: BigBang-WonderGirls

Couple: Seungri-Sohee

Chapter 2

-The New Beggining-

“Sebenarnya,” Seungri mengusap wajahnya dengan tangannya sendiri. Ia memutar lagi otaknya. Berfikir lebih dalam lagi. “Aku ingin dia menganggapku, sebagai seorang kakak”. Ia menemukan jawaban yang tepat. T.O.P yang baru saja selesai membuat kopinya dan ingin meminumnya itu sontak tertawa.

“Hah? Kau bercanda? Aku tau kau bukan tipe yang seperti itu,” T.O.P meletakkan cangkir kopinya di sebelah cangkir milik Seungri. “Oh ya, besok ada latihan di studio ku. Jam 8 pagi. Jangan terlambat”

Seungri mengingat lagi, kapan ia terakhir datang ke studio tempat dulu mereka memulainya dari nol. “Aku pulang dulu” T.O.P berjalan menuju pintu. Tiba-tiba ia berhenti.

“Sepertinya, aku lebih baik menginap di sini. Gerbang pasti sekarang sudah di tutup. Aku tidak mau berurusan dengan satpam sok tau,” ia berbalik dan duduk di sofa. “Aku tidur di sini saja,” ujarnya.

“Aku sudah mengantuk, jika nanti kau sudah mau tidur, kunci pintunya. Jangan lupa matikan lampu dapur,” Seungri berlalu menuju kamarnya. Ia menutup pintunya.

“Baiklah. Hei, kuncinya dimana?” tanya T.O.P sambil membalik bantal yang di dudukinya. Pintu kamar Seungri terbuka lagi, ia melemparkan sebuah gantungan kunci beserta 3 kuncinya.

“VICTORY!!! BANGUN!!!” suara T.O.P mengelegar di ruangan apartementnya itu. Seungri mengacak-acak rambutnya dan melihat jam tangannya. 7:46. Ia mengingat lagi kejadian tadi malam. Dan ia baru sadar, T.O.P lah yang membangunkannya. Ia melompat dari tempat tidurnya menuju pintu kamarnya. Ia membuka pintu.

“Kau tidur dengan headset ya?” T.O.P memakai topinya.

“Tidak, aku tidak lagi tidur dengan headset,” Seungri mengedipkan matanya. Ia masih terlalu mengantuk. Semalam sebenarnya ia tidak tertidur. Ia memikirkan, yah, kau tau siapa.

“Ayolah, Ji Yong ingin bertemu dengan teman lamanya,” T.O.P berbalik. Ia duduk di sofa yang semalam jadi tempat tidurnya. “Aku tunggu kau untuk ganti baju, 5 menit” T.O.P melemparkan kunci yang semalam di berikan Seungri. Seungri menangkapnya dengan sangat baik.

Seungri menutup lagi pintu kamarnya. Kurang dari 2 menit kemudian ia sudah keluar dengan baju yang lebih baik. “Kita naik apa?” ujarnya membetulkan pakaiannya yang kurang rapi.

“Mobilku,” T.O.P membuka pintu ruangan itu. Lalu ia berlari menuju lift. Seungri tetap berjalan santai di belakangnya. “Aku tunggu di lobby!” T.O.P berteriak dan turun dengan lift. Seungri berhenti, ia berbalik. ‘Mengapa aku bisa lupa?’ ujarnya dalam hati. Ia berlari. Ia berhenti di depan kamarnya, dan mengunci pintunya. ‘Aman’ ia membalikkan badannya. Ia berjalan menuju lift. Sampai di depan pintu lift, ia menekan tombol turun.

“Seungri!” suara yang tadi malam memanggilnya terdengar lagi. ‘Tuhan, kenapa harus dia?’ Seungri melihat ke belakang. Benar saja. Sohee datang dengan sebuah ransel di belakangnya. “Mau kemana?” tanyanya.

“Ke studio T.O.P, kau?” Seungri berusaha beramah-tamah pada gadis ini.

“Supermarket. Berarti kita searah. Mau naik bus bareng?” tanya Sohee. Pintu lift terbuka.

“Oh, tidak, aku naik mobil T.O.P, maaf ya,” ujar Seungri sembari masuk ke dalam lift. Sohee menyusulnya di belakang.

“Oh,” tersirat kekecewaan di wajah Sohee. ‘Gadis ini…’ Seungri menjadi tak tega. Ia mengeluarkan kacamatanya, dan memakainya. Menurutnya kacamata ini sungguh berharga.

“Kacamata itu…” Sohee menunjuk ke mata Seungri.

“Iya. Yang dulu pernah kau injak,” Seungri tertawa kecil. “Sudah ku perbaiki”

“Kenapa tidak beli baru?” rasa heran Sohee belum hilang. Seungri hanya tertawa.

“Yang ini paling berharga,” ujar Seungri singkat. Sohee merasa kurang puas dengan jawaban Seungri. ‘Paling berharga?’ batin Sohee, masih penasaran. Pintu lift terbuka, mereka berdua turun di lantai dasar. T.O.P tidak berbohong. Ia dan mobilnya menunggu di lobby. T.O.P tersenyum. Ia melihat untuk kedua kalinya, Seungri berjalan bersama Sohee. Ia mengklakson mobilnya, dua kali.

“Berisik!” Seungri berteriak. “Tunggu sebentar,” Seungri berlari ke mobil T.O.P. Ia berhenti di depan pintu mobilnya. “Sohee ingin ke supermarket,” Seungri melepas kacamatanya. T.O.P tersenyum. “Ajak saja dia!” T.O.P memakai kacamata hitamnya. Dengan segera, Seungri berlari ke arah Sohee.

“Kau boleh ikut, T.O.P mengijinkan,” nafas Seungri tersengal-sengal setelah bolak-nalik berlari. Sohee melotot kaget melihat kelakuan mantan kakak kelasnya itu.

“Umm, oh, baiklah..” Sohee berjalan mendahului Seungri.

‘oh sial, bisa-bisanya aku bertampang bodoh di depannya’ Seungri malu pada dirinya sendiri, ‘tapi, mengapa aku malu? Biasanya di depan semua orangpun aku tidak terlalu peduli. Ada apa denganku?’ Seungri berlari menyusul Sohee.

Sohee duduk di belakang, sementara Seungri dan T.O.P duduk di depan. Seungri menyalakan radio. Perjalanan itu begitu sunyi, semua terdiam. Tidak ada yang berani bicara.

“Oh, aku turun di sini saja,” T.O.P menghentikan mobilnya di depan sebuah halte bus. Sohee pun membuka pintu dan turun. Seungri membuka kaca mobilnya. “Terima kasih kakak”

“Sama-sama,” balas Seungri dan T.O.P bersamaan. T.O.P kembali menjalankan mobilnya.

“Kau benar-benar tidak menyukainya?” Tanya T.O.P

“Sudah ku bilang dari kemarin, aku menganggapnya sebagai adikku,” Seungri memakai kacamatanya lagi.

“Sungguh kah?” T.O.P membetulkan posisi kacamata hitamnya.

“Iya,” Seungri mulai tidak sabar dengan pertanyaan-pertanyaan T.O.P

“Oh, aku bersyukur. Berarti aku tak memiliki saingan,” T.O.P tersenyum. ‘Saingan? Apa? Dia..’

“Maksudmu?” Seungri mengerutkan dahinya.

“Maksudku ya, aku tak punya saingan untuk mendapatkan Sohee,” T.O.P tersenyum makin jahil.

“APA? KAMU! UH, TAK AKAN KU MAAFKAN!” kata-kata itu keluar begitu saja dari mulut Seungri. Ia langsung menutup mulutnya saat itu juga.

“Hahaha, benar kan apa kata ku, kau mengharapkan dia. Sudahilah kebohonganmu…” T.O.P tertawa terbahak-bahak. “Tenang, tadi aku hanya menggoda mu”

Seungri merasa makin bodoh. Ia enggan melanjutkan percakapannya dengan T.O.P

Mobil milik T.O.P melaju lebih cepat dari sebelumnya. Ia mengganti channel radio, dan mengeraskan volumenya. Seungri makin tidak nyaman dengan keadaan ini. Ia mengeluarkan benda itu, benda yang dulu mungkin menjadi sahabatnya. Dan ia melupakannya begitu saja. Ia memakainya, mengeraskan volume lagu favoritnya. Dan headset beserta I-Pod itu menemaninya, lagi.

“Lihat, kita kedatangan tamu,” T.O.P masuk ke studionya terlebih dahulu. Seungri menyusul di belakangnya.

“Seungri!” sontak GD, Taeyang, dan Dae Sung terkejut. Seungri hanya tersenyum. “Hai,” balasnya singkat.

“Kemana saja kau? Tak pernah lagi berkumpul bersama kami, aku rindu…” Taeyang memeluk tangan kanan Seungri. Seungri tertawa lepas.

“Berhenti bertindak bodoh, kak,” Seungri melepas tangan Taeyang. Semua terdiam, dan menyadari perubahan pada Seungri.

“kau tau kau, banyak berubah,” T.O.P memandang Seungri lesu. Ia tak pernah menyangka sebelumnya jika Seungri akan berubah. Terlalu jauh.

“Yah, dia benar, kau banyak berubah,” GD melirik ke arah T.O.P. Ia memberikan isyarat kepadanya, juga Tae Yang dan Dae Sung. Mereka tersenyum.

“Dan, oleh karena itu..” Dae Sung nyaris tertawa mengucapkannya.

“Kami akan mengubahmu menjadi seperti dulu lagi!” GD melemparkan segenggam tepung ke wajah Seungri. Lalu dilanjutkan oleh lemparan maut dari Dae Sung. T.O.P mengeluarkan satu mangkok besar berisi tepung dari bawah meja. Ia melempar segenggam ke arah Taeyang. Seungri mengambil dua genggam dan membalas GD dan Dae Sung bersamaan seraya tertawa terbahak-bahak. Perang tepung itu berlangsung selama ber jam-jam. Mungkin itu adalah awal yang baru, bagi Seungri.

Bersambung..